CIREBON - Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Cirebon angkat bicara terkait temuan Dinas Kesehatan, soal banyaknya makanan dan buah-buahan yang mengandung boraks serta formalin. Sama dengan Dinas Kesehatan, pihaknya juga menemukan hal yang sama. Kepala Dinas Ketahanan Pangan (DKP) Kabupaten Cirebon, H Muhidin SP MM mengatakan, dinas yang dipimpinnya telah melakukan kegiatan pengambilan sample dan uji cepat rapid test kit terhadap pangan segar dan olahan dari bulan Februari hingga Mei 2019. Sample tempat pengambilannya di Pasar Sumber, Jamblang, Weru, Losari, Gebang, Mundu, Palimanan, Celancang dan Arjawinangun. Dari hasil pemantauan tersebut, pihaknya menemukan makanan yang positif mengandung formalin dan boraks. Yakni baso kemasan, sosis, lontong, mie basah, tahu bulat, otak-otak, tahu, anggur, cumi kering dan lain- lain. \"Kita sudah lakukan uji sample. Banyak faktor mengapa pedagang menggunakan bahan berbahaya tersebut seperti boraks dan formalin. Untuk itu, melalui Permentan, kami mengajukan surat edaran dan arahan dengan tembusan kepada beberapa instansi seperti Dinas Kesehatan, Disperdagin, Kepolisian, komisi II DPRD dan lain-lain,\" ungkap Muhidin SP MM saat dikonfirmasi Radar Cirebon, (9/5). Dia juga membenarkan apa yang disampaikan Dinas Kesehatan perihal kandungan makanan olahan berbahaya tersebut. Bahkan, uji sample tersebut yang melakukan adalah pihaknya. \"Makanya, kami buat surat tembusan untuk bisa duduk bersama mencarikan solusi. Banyak faktor pedagang terpaksa menggunakan zat berbahaya tersebut, seperti pedagang kecil yang ingin mencari untung besar, agar dagangannya awet dan tidak rugi. Nah, kami mengirimkan surat tembusan ke sejumlah intansi, salah satunya ke Dinas Kesehatan supaya ada tindak lanjut. Kan ada ahli gizi pangan, solusinya apa saja nih agar pedagang tidak menggunakan zat berbahaya. Pedagang bisa diarahkan menggunakan bahan alami saja,\" papar Muhidin. Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon, dr H Edi Susanto MM mengatakan, pihaknya akan memberikan penyuluhan lebih lanjut kepada masyarakat mengenai boraks dan formalin. Menyangkut pengertian, fungsi, serta dampaknya apabila tidak digunakan sesuai fungsinya. Juga melakukan pengawasan yang lebih ketat dan pengambilan tindakan tegas. Menurutnya, masyarakat harus lebih jeli dalam memilih makanan dan tidak membelinya bila sepertinya mengandung bahan formalin maupun boraks. Kesadaran dari masyarakat untuk membantu pemberantasan dan pencegahan penggunaan boraks dan formalin pada bahan makanan, sangatlah penting. Seperti melaporkan kepada yang berwajib jika melihat ada orang lain yang sengaja menggunakan boraks dan formalin pada makanan yang dijualnya. Dan juga tidak secara sembarangan menjual boraks dan formalin, tanpa mengetahui latar belakang pembeliannya. Sementara itu, salah satu pedagang mie basah di Pasar Pasalaran, Sodikin enggan berkomentar. \"Dagangan saya juga dapat kulakan lagi (belanja). Jadi nggak tahu kandungannya apa, yang penting laku,\" katanya. Adapun diakuinya, boraks dan formalim bukan jalan satu-satunya untuk mengawetkan makanan. \"Ya mungkin bisa pakai bahan alami, biar mie atau baso tidak mudah basi. Kalau jualannya tidak habis, tinggal simpan di kulkas kan jadi awet. Termasuk pewarna juga bisa pakai pewarna makanan ada kunyit dan lainnya,\" singkat dia. (via)
Gencar Sosialisasi ke Pedagang, Dinkes dan DKP Ancam Lakukan Tindakan Tegas
Jumat 10-05-2019,21:00 WIB
Editor : Leni Indarti Hasyim
Kategori :