Hanya Ingat Yusuf Dibawa ke Purwokerto

Kamis 30-09-2010,07:30 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

VETERAN angkatan 45 Marsoem Sohoed, mengaku pernah mendengar peristiwa kontak senjata antara polisi tentara (PT) yang kini bernama CPM dengan PKI Cirebon yang dipimpin Mr Yusuf, di Cirebon pada 1946. Hanya, samar sekali mengenai kepastian benar atau tidaknya peristiwa tersebut. “Ya, pernah mendengar, tapi samar sekali,” ujarnya, Rabu (29/9). Karena posisinya ketika itu, kata dia, berada di BKR Purwokerto, tempat di mana Jenderal Soedirman bermarkas. Tetapi yang teringat dari peristiwa itu, komandan PKI setelah berhasil dilemahkan, kemudian dibawa ke Purwokerto. Dan ingatan pun berhenti sampai di situ. “Kalau tidak salah, Mr Yusuf sepertinya waktu itu dibawa ke Purwokerto,” terang eks pengawal Jenderal Soedirman ini saat ditemui di kediamannya Jl Langensari. Pria kelahiran Purworejo 1 Mei 1924 ini mengaku tidak bisa banyak memberikan penjelasan tentang peristiwa yang berkait dengan kontak fisik antara PT dengan laskar merah PKI di Cirebon ini. Meski tugas terakhir dirinya juga di kesatuan CPM yang dulu bernama PT. Marsoem sendiri mulai tiba sebelumnya di Cirebon tahun 1959 dengan bertugas sebagai perwira petugas di Jacobscoon, sebuah perusahaan perdagangan umum milik asing di Cirebon. “Nah, sebelum bertugas di Cirebon, saya jadi ajudan Jenderal Soedirman di Bandung. Hanya, karena di Cirebon membutuhkan perwira pengawas, akhirnya saya dipindah. Dan saya sendiri baru turun gunung pada tahun 1945,” ungkapnya. Marsoem mengaku tidak ingin bicara banyak tentang peristiwa tersebut, selain karena sedikit sekali yang diingat, juga karena ingin, saat bicara sejarah tidak sesuai selera. “Menjadi tugas kita meluruskan sejarah, agar bicara sejarah tidak sesuai selera,” ungkapnya. Terpisah, Ketua Komunitas Pusaka Cirebon Kendi Pertula atau yang di luar dikenal dengan Cirebon Heritage Society, Mustaqim Asteja mengaku tidak mengetahui kabar terjadinya peristiwa kontak senjata ini. Hanya, apabila disebut salahsatu insidennya terjadi di Hotel Phoenix, maka pada tahun 1946 bangunan yang ada, atau gedung besar yang memiliki nama sama adalah Sociteit Phoenix. “Kalau di dokumen peta dan foto yang saya punya, tahun 1946 yang ada adalah bangunan Sociteit Phoenix. Mungkin itu Hotel Phoenix,” jelasnya kepada koran ini saat ditemui di sekretariatnya, Gedung Negara Keresidenan Cirebon Jl Siliwangi. Mustaqim mengatakan Sociteit Phoenix dulunya adalah tempat sebuah club orang Belanda bersantai sambil membicarakan perkembangan kota. Di situ komunitas warga Belanda bersosialisasi untuk mencurahkan pemikirannya menyikapi perkembangan kekinian kota, dalam suasana yang rileks. Kalau sekarang letaknya diapit antara gedung Bank Indonesia dan Taman Ade Irma, atau eks bangunan Bank Bali. “Dalam sebuah literatur tulisan Dr Mathew Coehen bahkan warga Belanda sudah jauh memikirkan perkembangan Cirebon pada tahun 2100-an, bahwa Cirebon akan jadi kota yang sangat maju,” ungkapnya. (hen)

Tags :
Kategori :

Terkait