Gencar Tentang Pajak

Kamis 30-05-2013,15:35 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

LOLOSNYA AS Monaco ke Ligue 1 musim 2013-2014 nanti, bukan hanya anugerah bagi pemiliknya, Dmitry Rybolovlev. Ini juga menjadi musibah. Sebab, terhitung sejak Maret 2013 kemarin, operator pengelola Ligue 1, LFP, memutuskan semua klub peserta Ligue 1 harus tunduk pada aturan pajak penghasilan. Aturan itu berafiliasi dengan kebijakan pemerintah Prancis di tangan presiden Francois Hollande. Sejak tahun lalu, Francois sudah memberlakukan pajak sebesar 75 persen bagi warganya yang berpenghasilan di atas Rp12,6 miliar. Dan itu juga berlaku bagi pesepak bola. Itulah penyebab banyak hengkangnya pemain Prancis ke luar negeri. Masalahnya, sebagai klub yang berdomisili di luar teritori Prancis, Monaco tidak masuk dalam pengenaan pajak tersebut. Di Monaco, tidak ada potongan pajak bagi pesepakbola. Kondisi ini memicu protes dari klub kontestan Ligue 1 lainnya yang menginginkan pajak dibayarkan pemain Monaco. Karena itu, LFP pun memberi Monaco dua opsi. Memindahkan home base ke wilayah teritori Prancis supaya bisa dikenai pajak, atau membayar uang sejumlah Rp2,5 triliun ke LFP per 1 Juni mendatang. Jika tidak memilih, maka Monaco diancam tidak boleh terjun di kompetisi apapun di bawah naungan LFP. Monaco pun siap bertarung di pengadilan demi mendapatkan haknya bermain di Ligue 1 tanpa harus mengikuti aturan main LFP tersebut. Pasalnya, bisa dibayangkan bagaimana Falcao yang harganya selangit membayar pajak besar. Tentu Monaco harus menambah jumlah nilai kontrak atau gaji pemain yang bersangkutan supaya bersedia bergabung. \"Menurut kami, apa yang disampaikan LFP tersebut melanggar beberapa prinsip dasar hukum Prancis dan Eropa, terutama yang ada hubungannya dengan kebebasan, akses gratis ke kompetisi olahraga, dan konvensi pajak Franco-Monegasque yang ditanda tangani 18 Februari 1963,\" tulis Monaco dalam pernyataan resminya sepekan lalu. Presiden federasi sepakbola Prancis FFF, Noel Le Graet menyebut, pihaknya hanya pada posisi penengah. Dilaporkan di L’Equipe, Le Graet menyayangkan jika klub yang sudah punya nama besar seperti Monaco ini sampai harus absen dari Ligue 1. Tapi di lain pihak, pihaknya ingin Monaco tetap tunduk pada aturan yang berlaku. \"Federasi ingin menyelesaikan persoalan ini. Tapi perlu ada diskusi lebih lanjut dengan Monaco. Ini mengingat keuntungan yang diambil dan memudahkan situasi dari klub-klub lainnya. Kami ulangi lagi, diskusi sudah berjalan dengan baik, kami menginginkan ada kesepakatan damai,\" jelasnya. (ren)  

Tags :
Kategori :

Terkait