Feng Cai, Borgol Digital Muslim Uighur

Jumat 05-07-2019,04:04 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

XINJIANG- Kecurigaan Pemerintah China terhadap Muslim Uighur seperti tak ada habisnya. Isu kamp konsenterasi yang belum selesai kini diperparah oleh program baru yang makin mengekang kebebasan Muslim Uighur berekspresi. Baru-baru ini tersiar kabar, turis yang berkunjung ke Provinsi Xinjiang (daerah mayoritas pemeluk Islam di RRC) dipaksa mengunduh aplikasi pelacak rahasia (tracking) di smartphone mereka oleh otoritas setempat. Nama aplikasinya Feng Cai. Aplikasi Android ini secara otomatis mengunduh semua informasi pribadi termasuk lokasi sang pemiliknya. Termasuk kemampuanya meretas email, SMS, dan kontak, serta informasi penting di ponsel tersebut. Menurut otoritas setempat, program ini bersifat wajib dan menjadi bagian dari pengawasan intensif pemerintah terhadap wilayah pelosok Xinjiang. Ya, Pemerintah China telah membatasi kebebasan warga Muslim di provinsi paling barat tersebut. Polisi juga memasang CCTV pengenal wajah di jalan dan masjid. Tidak hanya warga Uighur, hasil investigasi The Guardian dan sejumlah jurnalis internasional menyebut, polisi perbatasan China-Kirgiztan juga menyematkan pelacak digital ini bagi para turis yang keluar masuk Tiongkok. \"Saat melintas, para penjaga (polisi perbatasan China) mengambil ponsel kami dan secara diam-diam memasang aplikasi tersebut,\" ujar seorang turis di Pos Perbatasan Irketsham, Rabu (3/7). Pria itu mengatakan, mereka sempat kebingungan ponselnya diambil petugas dan diperiksa. \"Tidak ada pemberitahuan dari pihak berwenang sebelumnya atau diberitahu tentang apa yang dicari di ponsel tersebut,\" tambahnya. Investigasi The Guardian bersama Sddeutsche Zeitung dan New York Times juga menemukan, semua ponsel pintar turis yang keluar masuk melewati pos Irkeshtam harus disaring terlebih dahulu oleh para polisi. Dari penuturan aktivis Privacy Internasional Edin Omanović, aplikasi ini juga merekam semua aktivitas ponsel sang pengguna. \"Salah-salah browsing berita bisa-bisa nasib sang pengguna berakhir di kamp penahanan,\" terangnya. Pria yang juga pakar keamanan siber itu mengatakan, aplikasi yang dirancang perusahaan China mampu melacak daftar tulisan dan bahan bacaan berbahaya. Termasuk istilah yang terkait dengan ekstremisme Islam. \"Salah satunya daftar bacaan yang masuk kategori dilarang seperti Majalah berbahasa Inggris Inspire yang diproduksi Al-Qaida dan berbagai buku panduan senjata api,\" paparnya. Selain Inspire, aplikasi ini juga mampu mengidentifikasi bacaan larangan lainya seperti literatur pemuka Agama Budha Tibet Dalai Lama dan daftar list musik band metal Jepang Unholy Grave. Sekadar diketahui, sekitar 100 juta orang mengunjungi wilayah Xinjiang setiap tahunnya. Menurut otoritas China, turis yang datang termasuk wisatawan lokal dan asing. Pos perbatasan Irkeshtam telah dikenal ratusan tahun yang lalu sebagai jalur sutra dari China ke wilayah barat. Untuk melewati pos ini, para pelancong terlebih dahulu menyerahkan ponsel mereka dan perangkat lain seperti kamera. Perangkat kemudian dibawa ke ruang terpisah dan dikembalikan selang beberapa waktu kemudian. Untuk handphone jenis iPhone, petugas hanya menyolokkan saja ke piranti khusus. Sementara ponsel Android, petugas terlebih dahulu menginstal aplikasi pelacak lalu diberikan kepada pemiliknya. Sebelum balik, logo aplikasi terlebih dahulu dihapus kemudian dikembalikan. Namun, beberapa pelancong ada yang menemukannya masih tersemat di telepon mereka. Dalam ponsel mereka, sebuah ikon Android bertuliskan Feng Cai muncul di layar. Kata Feng Chai memiliki arti lebah yang mengumpulkan madu. Berbicara kepada The Guardian, seorang pelancong asal Kirgiztan mengatakan, merasa terganggu melihat aplikasi asing di ponselnya setelah melewati Pos Irketsham. Dia mengatakan, sebelum para petugas mengambil ponselnya, ia diminta menyerahkan nomor pin. Prosesnya pun memakan waktu sekitar satu jam. \"Saya tidak diberitahu apa maksud mereka mengambil ponsel saya,\" bebernya. Sebelumnya, ia telah diberitahu oleh sang agen perjalanan, bahwa akan terjadi sesuatu di teleponnya di pos perbatasan. \"Kami pikir itu pelacak GPS,\" katanya. Setelah ponsel dikembalikan, ternyata benar aplikasi bernama Feng Cai sudah tersemat. Sang pelancong tersebut mengatakan, di pos lain ia tidak diminta untuk menyerahkan telepon atau saat pulang dari China. \"Saya tidak suka itu. Jika mereka melakukannya di negara asal saya, saya akan terkejut, tetapi ketika Anda bepergian ke China, Anda tahu itu mungkin seperti ini,” tandasnya. Setelah dianalisis oleh pakar teknologi Ruhr University Bochum dan perusahaan cybersecurity Jerman Cure53 diketahui, aplikasi ini mengunggah informasi seperti email ke server di kantor perbatasan. Saat dihubungi, pihak berwenang Cina enggan berkomentar. Tidak ada jawaban pada saat hasil investigasi ini dirilis. Sebelumnya, pemerintah China makin mengetatkan pengawasan lewat peralatan canggih terhadap warga Xinjiang. Mereka beralasan, ini sebagai bentuk pengamanan bagi rakyatnya terhadap ekstrimis Islam. (fin/tgr)  

Tags :
Kategori :

Terkait