Perajin Miniatur Kapal Terkendala Modal

Senin 08-07-2019,04:04 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

INDRAMAYU - Kisam (38), warga Blok Sukamelang, Desa Krasak, Kecamatan Jatibarang, Kabupaten Indramayu, terus berusaha mengembangkan bakat kreasinya membuat miniatur kapal, sejak tahun 1999. Meski dalam perjalanannya mengalami pasang surut karena kekurangan modal dan kesulitan pemasaran, Kisam tetap berupaya untuk menciptakan miniatur kapal yang bernilai seni dari batang bambu. Dengan terampil, Kisam memasang ornamen-ornamen perlengkapan miniatur kapal yang dibuatnya. Diakuinya, langkahnya sempat terhenti karena kesibukannya bekerja dan keterbatasan modal. Kini, ia mulai kembali menggeluti hobinya sejak dua bulan lalu dan telah berhasil menyelesaikan 6 kapal. \"Baru 2 bulanan, mulai garap lagi. Untuk belajar, membuat secara otodidak melihat gambar kapal dari internet,\" ucap Kisam pada awak media. Kisam mengatakan, mulai tertarik membuat miniatur kapal sejak tahun 1999. Setelah tiga kali percobaan, ia berhasil membuat miniatur kapal dari bahan bambu. Akhirnya ia pun terus memperdalam bakatnya. Untuk menghasilakan satu miniatur kapal membutuhkan waktu 2 sampai 4 hari. Tergantung tingkat kesulitannya. Saat pertama kali mencoba, miniatur buatannya langsung terjual 5 unit. Namun setelah itu, Kisam terpaksa berhenti karena alasan ekonomi dan beralih menjadi pekerja bangunan. “Bahannya murni menggunakan bambu. Untuk harga, saya patok kisaran harga Rp 150 sampai Rp 400 ribu, tergantung tingkat kesulitannya. Belum lama ini juga laku dua unit,\" ungkapnya. Karena masih sulit dalam memasarkan, Kisam hanya menawarkan kreasinya pada pesta hajat masyarakat atau pasar malam desa. Selain itu, keterbatasan modal pun menjadi hambatan dalam produksi. Kisam tidak bisa memproduksi banyak miniatur kapal. \"Sebenarnya ingin dipasarkan ke galeri-galeri yang ada di Indramayu. Tapi bagaimana lagi tidak ada yang kenal dan tidak ada kendaraan yang dapat membawa hasil kerajinan saya untuk dipasarkan. Jadi ya saya bawa ke yang dekat-dekat saja,” jelasnya. Kisam, berharap pemerintah setempat bisa membantu para perajin seperti dirinya yang kesulitan memasarkan produk. Diakuinya ada beberapa orang yang memesan. Namun karena keterbatasan modal, Kisam mau tidak mau menolak pula beberapa pesanan. Belum lagi, ia harus membagi waktunya untuk bekerja. \"Namanya perajin pemula, ketika barang terjual untuk modal beli bahan lagi. Ketika barang tidak keluar ya modalnya dari mana lagi. Mudah-mudahan ada bantuan dari pemerintah daerah untuk memasarkan produk dan juga modal. Sehingga ke depan bisa terus menghasilkan karya. Karena saya ingin ke depan bisa melatih remaja atau pemuda desa membuat miniatur,\" tuturnya.  (oni)

Tags :
Kategori :

Terkait