Majalengka Selatan Rawan TKI Ilegal

Jumat 19-07-2019,01:31 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

MAJALENGKA – Forum komunitas keluarga buruh migran Indonesia (KKBM) mengklaim jika Tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bermasalah didominasi berasal dari wilayah Majalengka bagian selatan. Mereka rata-rata berangkat ke luar negeri tidak melalui jalur resmi, sehingga rentan terkena persoalan, terutama masalah administrasi dan minimnya bekal keterampilan. Koordinator KKBM Ida Neni Wahyuni menjelaskan, jumlah TKI asal Majalengka yang berangkat ke luar negeri memang lebih banyak yang dari wilayah utara. Namun, yang bermasalah administrasi rata-rata dari wikayah selatan. Hal itu lantaran di wilayah selatan cukup minim perusahaan penyalur tenaga kerja serta para sponsor TKI yang resmi. Sehingga perlu pembinaan dan pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah. “Kalau dari lihat jumlahnya memang kantong pekerja migran luar negeri itu banyaknya dari utara. Tapi justru yang bermasalah banyaknya dari selatan. Terutama masalah administrasi, karena banyak yang berangkat tidak lewat jalur formal dan agensi yang resmi,” ujar Ida, kepada wartawan. Menurutnya, agensi dan sponsor maupun lembaga pelatihan penyalur TKI banyak berkantor di wilayahnya utara. Sebab kliennya memang banyak dari utara. Sedangkan di wilayah selatan biasanya berangkat termotivasi oleh keluarga atau tetangga satu desa yang berhasil bekerja di luar negeri. Sehingga akhirnya memutuskan mengambil jalur cepat tapi tidak memiliki bekal kemampuan dan ketrampilan. Sementara itu, Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Majalengka Sudibyo BO mengapresiasi kebebasan TKI Eti Rohaeti binti Toyib dari hukuman mati. Ke depan, wakil rakyat berharap tidak ada lagi TKI yang bermasalah atau berurusan dengan hukum lantaran minim pengetahuan dan keterampilan kerja. “Kami mengapresiasi upaya pemerintah dan stakeholder lainya yang turut andil membebaskan Eti dari hukuman mati. Kedepan jangan terjadi lagi TKI bermasalah. Kalau yang kami pelajari, yang bermasalah itu selain tidak resmi berangkatnya, juga karena minim pengetahuan dan keterampilan,” jelasnya. Oleh sebab itu, Sudibyo berharap masyarakat yang berminat menjadi TKI harus memiliki pengetahuan dasar mengenai cara komunikasi dan kultur kebiasaan negara tujuan. Hal itu juga wajib diterangkan para sponsor maupun perusahaan penyalur. (azs)

Tags :
Kategori :

Terkait