Petani Jual Cabai ke Bandung Harga lebih Mahal, Sedangkan di Cirebon Mulai Langka

Selasa 23-07-2019,19:00 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

CIREBON-Musim kemarau, komoditi cabai di Cirebon mulai langka. Harga jual pun meroket. Seperti petani cabai di Desa Winong, Kecamatan Gempol, Inu (54) misalnya. Memenuhi permintan konsumen, Inu memasok cabainya ke Indramayu hingga Bandung. Perjalanan harga cabai di kalangan petani, memang tidak menentu. Kadang naik, kadang juga turun. Semua tergantung ketersediaan dari pada stok cabai itu sendiri. Inu menjajaki hasil panennya ke berbagai pasar luar daerah. Selain permintaan, itu dilakukan untuk mendapatkan harga yang maksimal. Inu mengaku, sejak empat bulan terakhir, hasil panen cabai jenis tanjung di perkebunannya, lebih laris dan terjual dengan harga tinggi, justru di luar wilayah Cirebon. “Dilakukan lantaran harga cabai kerap mengalami naik turun. Harga yang ditawarkan sih mulai dari Rp16.000 hingga Rp60.000 selama musim panen. Rentang harga itu, selain ketersediaan barang, setiap permintaan di berbagai daerah juga beda,” katanya, kemarin. “Tiap jam dan menit harga selalu berubah. Kalau pasokannya banyak, langsung turun aja harga cabai itu. Cirebon sudah mulai langka karena musim kemarau. Kalau saya jualnya ke Jatibarang, Indramayu. Kadang kalau banyak ya sampai Bandung,” lanjut Inu. Sebelumnya, kondisi yang hampir sama juga terjadi di Kecamatan Astanajapura. Dikatakan salah seorang petani cabai, Misna, harga cabai rawit hijau di tingkat petani naik drastis. Jika biasanya Rp15.000 sampai Rp20.000 per kilogram, kini harga cabai rawit hijau di tingkat petani mencapai Rp40.000 hingga Rp50.000. Hal tersebut rupanya dipicu oleh musim kemarau yang mengakibatkan petani kesulitan mendapatkan pasokan air untuk lahan pertanian. Sehingga, para petani harus mengeluarkan biaya ekstra untuk bisa mendapatkan air, salah satunya dengan pompanisasi. Lahan pertanian Misna terletak di Blok Cantilan, Desa Japura Kidul. Menurut Misna, harga yang ada saat ini sangat menguntungkan petani karena harga hasil pertanian terutama cabai rawit hijau naik lebih dari 100 persen. “Memang siklus harganya naik kalau kemarau. Cabai rawit hijau lumayan tinggi, 40 ribu sampai 50 ribu. Tapi untung kita juga tidak besar karena selama kemarau harus pompa air,” ujarnya. Dijelaskannya, harga tersebut masih berada di tingkat petani. Jika sudah sampai pasar, maka harga akan naik lagi dan bisa di angka Rp60.000 sampai Rp75.000 perkilogram. Terlebih, barang hasil pertanian dari petani tidak langsung dijual ke pasar, melainkan harus melalui tangan-tangan pengepul sebelum akhirnya dikirim ke pasar. “Ini saja tidak langsung ke pasar. Dibawa pengepul ke Brebes. Saya tidak tahu apakah nanti ini buat dijual di Cirebon atau Brebes. Yang jelas, harga dari petani dan harga di pasar bisa sangat berbeda. Jelas jauh lebih mahal di pasar,” imbuhnya. (ade)

Tags :
Kategori :

Terkait