Kasihan, Bibir Atas dan Hidung Saepi Hilang Digerogoti Penyakit

Rabu 24-07-2019,10:30 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Malang nasib Saepi (50). Di masa tuanya, warga asal Blok Karangtingtang, RT 01 RW 02, Desa Babadan, Kecamatan Gunung Jati, Kabupaten Cirebon, itu harus berjuang dengan penyakit yang ia derita sejak satu setengah tahun lalu. Nenek satu cucu itu diduga mengidap kanker kulit wajah. Sebagian bibir atas serta hidung rontok termakan penyakit yang diderita. Lagi-lagi, alasan ekonomi, menjadikan pasrah sebagai pilihan terbaik sekaligus terberat. Siang itu Sunita (59) sedang menyiapkan hidangan sederhana untuk disantap sang istri Saepi. Seperti biasa, menu makanan yang disiapkan adalah bubur dan air putih. Ia tampak telaten mengurus sang istri yang kini hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur. Sejak mengalami penyakit aneh di wajahnya, seluruh aktivitas Saepi dilakukan di atas kasur. Bahkan untuk urusan makan, sehari-hari dia mengandalkan sang suami dan anaknya untuk bergantian menyiapkan dan menyuapkan makanan ke mulut ibu tiga anak tersebut. “Hanya bubur saja, seperti bayi lagi,” ujar Sunita kepada Radar Cirebon yang mengunjungi rumahnya pada Senin siang (22/7). Saat itu, Saepi baru sehari di rumah. Ia selama 18 hari sebelumnya dalam perawatan tim medis Rumah Sakit Permata Cirebon. Pihak rumah sakit memperbolehkan pulang untuk rawat jalan. “Baru sampai di rumah, baru pulang dari rumah sakit,” tutur Sunita sambil mengaduk bubur di dalam mangkuk kecil berwarna pink. Dalam adegan makan siang, satu hal yang membuat hati teriris, Saepi tidak dapat minum air dari gelas maupun sedotan. Ia pun harus minum menggunakan alat suntik yang telah dimodifikasi. Suneti terlebih dahulu menyedot air dari dalam gelas lalu perlahan memasukkan ke mulut sang istri. “Tapi tidak banyak yang bisa diminum. Dua ini (menunjukkan alat suntik, red) saja sudah tidak mau minum lagi,” tutur Sunita. Kondisi tersebut sudah dijalani Saepi selama sekitar satu setengah tahun lalu. Ketika sang istri mengeluhkan rasa gatal di dalam hidungnya. Dia pun kerap lebih sering bersin ketika dan rasa gatal di hidungnya semakin kuat. Dia merasa ada yang mengganjal di dalam rongga hidungnya. “Setelah itu memang benar ada benda seukuran pentol korek. Tapi kita kan mengira itu kotoran hidung biasa,” kata Sunita. Setelah beberapa hari, benda kecil tersebut tak hanya menimbulkan rasa gatal, namun juga mengganggu pernafasan. Mengingat efek buruk yang ditimbulkan, Sunita pun membawa istrinya ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Dan benar saja, dari hasil pemeriksaan dokter, benjolan kecil tersebut bukanlah benjolan biasa dan perlu penanganan seirus. “Di rumah sakit itu akhirnya dioperasi, sampai tiga hari dirawat,” cerita Sunita. Ketika itu mereka terbantu fasilitas jaminan kesehatan yang disediakan pemerintah. Namun, setelah menghabiskan obat yang diberikan pihak rumah sakit, penyakit yang diderita Saepi tak kunjung menunjukkan perkembangan positif. Justru masalah baru muncul. Dari luka di hidung Saepi muncul ratusan ulat. Persis seperti ulat yang menggerogoti bangkai.

Tags :
Kategori :

Terkait