Viral, Jodi si Bocah yang Bersemangat Ingin Sekolah Tinggal di Rutilahu

Selasa 30-07-2019,06:06 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

KUNINGAN - Jodi, bocah berusia 7 tahun asal Desa Margabakti, Kecamatan Kadugede, Kabupaten Kuningan, menjadi sorotan warganet karena kehidupannya yang sangat memprihatinkan. Bocah yang tinggal di rumah tidak layak huni di atas bukit dan jauh dari perkotaan, bertelanjang kaki bermain di SD Negeri Margabakti Kuningan. Jodi akhirnya bisa bersekolah berkat kepedulian para guru di SD Negeri Margabakti yang prihatin. Kehidupan Jodi yang memprihatinkan akhirnya viral setelah video rekaman salah satu guru SD Negeri Margabakti saat mengantar pulang Jodi ke rumahnya beredar luas di dunia maya. Sang guru pun menceritakan semangat Jodi yang ingin bersekolah. Namun terkendala kondisi ekonomi keluarga yang sangat miskin, Jodi tak mampu mengenyam pendidikan layaknya teman-teman seusianya. \"Jodi itu anak yang saleh, rajin, pintar. Dia awalnya nggak sekolah, tapi dia sering banget main ke sekolah dengan memakai baju kotor tanpa sandal. Akhirnya pihak sekolah kasihan melihat Jodi yang mempunyai semangat tinggi untuk sekolah layaknya anak-anak di luaran sana tapi terhalang oleh (masalah, red) ekonomi. Akhirnya Jodi bisa bersekolah dan pihak sekolah memfasilitasi peralatan mulai dari baju, buku dan sepatu,\" ungkap guru tersebut. Penelusuran Radar Kuningan, butuh perjuangan ekstra untuk menjangkau tempat tinggal Jodi di Dusun Pahing, RT 1 RW 1, Desa Margabakti, Kecamatan Kadugede. Setelah menempuh perjalanan yang menanjak mengendarai motor hingga habis jalan aspal, perjalanan menuju rumah Jodi harus dilanjutkan mendaki jalan setapak di atas bukit yang curam. Satu-satunya rumah mungil berukuran 3x6 meter di atas bukit menjadi tempat tinggal Jodi bersama kakek Rakum (70) dan nenek Sati (60). Keprihatinan pun sangat terlihat di dalam rumah berbentuk persegi panjang yang terbagi menjadi tiga ruangan bersekat papan tripleks tersebut. Bahkan, di kamar belakang tempat Jodi tidur bersama kakek-neneknya tersambung langsung dengan dapur. Tak ada kamar mandi ataupun kakus di rumah tersebut. Untuk keperluan buang hajat, Jodi sudah terbiasa di kebun sekitar rumahnya seperti diajarkan kakek dan neneknya. Dinding rumah yang separuh terbuat dari asbes menjadikan Jodi harus merasakan dingin yang sangat menusuk saat malam hari. Saat musim hujan tiba, bocor di mana-mana. \"Kami tinggal di sini sudah 11 tahun. Sempat tinggal di bawah bersama tetangga yang lain, tapi karena kondisi serba susah akhirnya rumah dijual dan ditukar dengan tanah sepetak ini,\" ungkap Rakum kepada Radar Kuningam.  Rakum menuturkan, kondisi ekonomi yang serba kekurangan menyebabkan dia tak bisa membangun rumah yang layak. Bahkan, rumah yang kini ditempatinya pun merupakan bantuan dari pemerintah desa setempat dalam program rutilahu sekitar tiga tahun yang lalu. Untuk kebutuhan makan, Rakum mengaku selama ini mendapat bantuan dari Pemerintah Desa Margabakti berupa satu karung beras isi 10 kilogram. Terkadang ada bantuan tambahan 1 kilogram telur. \"Kalau telur habis, makan seadanya saja. Dengan ikan asin pun terasa nikmat,\" ungkap Rakum. Adapun Jodi, lanjut Rakum, adalah cucunya dari anak perempuannya, Ita. Jodi tinggal bersamanya setelah ayah kandungnya meninggal dunia dan Ita menikah lagi kemudian tinggal bersama suaminya yang baru. \"Jodi anak keempat dari lima bersaudara, tapi beda ayah. Kalau main ke mana saja dia suka. Kadang ke hutan, ke jalanan sampai ke sekolah. Sampai akhirnya saya kaget, dia pulang ke rumah pakai seragam SD ditemani ibu guru,\" ujar Rakum. Rakum pun mengaku senang akhirnya Jodi bisa bersekolah. Karena selama ini dia belum berpikiran untuk menyekolahkannya. Selain karena Jodi dianggapnya masih terlalu kecil, juga karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan membeli berbagai perlengkapan sekolah yang cukup mahal. \"Kakaknya Jodi juga ada yang baru masuk SD saat usia 10 tahun, tapi kemudian keluar. Satu lagi dipungut oleh ibu guru dari Cipondok dan sekarang sudah kelas 4 SD. Kalau Jodi saya belum kepikiran akan disekolahkan, tapi alhamdulillah dibantu oleh guru-guru SD Negeri Margabakti sehingga sekarang bisa bersekolah,\" ungkap Rakum. Sementara itu, Kadus Pahing Elis Lisyani mengatakan, keberadaan Jodi dan kakek-neneknya sebenarnya selama ini sudah mendapat bantuan rutin dari Pemdes Margabakti berupa beras satu karung dan telur. Bahkan untuk rumah, kata Elis, pernah direhab dalam program rutilahu tahun 2015. \"Selama ini keluarga Pak Rakum menjadi prioritas desa setiap ada bantuan, baik rastra, rutilahu maupun PKH. Mudah-mudahan dengan viralnya kehidupan Jodi bisa memberi dampak positif untuk kehidupan Jodi dan keluarganya di masa depan. Terbukti sudah banyak yang menanyakan langsung keberadaan Jodi dan menawarkan bantuan,\" ungkap Elis. Namun demikian, Elis berharap, bantuan tersebut tidak hanya terfokus pada perbaikan rumah, melainkan juga untuk kelangsungan pendidikan Jodi ke depan. \"Mudah-mudahan ada yang bisa membantu biaya pendidikan hingga jenjang SMP, SMA bahkan perguruan tinggi,\" ujar Elis. Terpisah, guru olahraga SD Negeri Margabakti Idi Suwardi membenarkan video yang tengah viral tersebut merupakan unggahan salah satu rekan mengajarnya bernama Ibu Atun. Hal itu, kata Idi, dilakukan sebagai bentuk kepedulian sekolah saat melihat ada anak usia sekolah namun keterbatasan ekonomi menyebabkan tidak bisa mendapatkan pelayanan pendidikan. \"Kami prihatin melihat Jodi yang liar sering bermain-main di jalanan dan sekolah saat anak yang lain seusianya menuntut ilmu. Akhirnya, kepala sekolah dan para guru berinisiatif memfasilitasi Jodi supaya bisa bersekolah dan menjamin semua kebutuhan pendidikan mulai dari seragam, sepatu, buku dan tas secara gratis. Mulai Senin kemarin Jodi sudah belajar di kelas 1 bersama anak yang lain,\" ungkap Idi. (fik)

Tags :
Kategori :

Terkait