Siswa Makin Tak Aman ke Sekolah, Pulang Dicegat di Jalur Barat dan Timur

Kamis 01-08-2019,08:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Kepala SMK PUI Kota Cirebon Halim Falatehan menggelar jumpa pers,Rabu (31/7). Ia menyampaikan kekecewaan atas peristiwa penyerangan yang dialami sekolahnya pada Selasa lalu (30/7). Bagi Halim, aksi penyerangan dengan menggunakan bom molotov, batu, serta senjata tajam merupakan kejahatan luar biasa yang dilakukan oknum siswa. “Saya kira ini sudah ada peningkatan bentuk kenakalan remaja,” ujarnya kepada awak media. Halim menegasakan, jika pihaknya pada posisi diserang. Para siswa SMK PUI juga tidak melakukan pembalasan karena ditahan oleh pihak guru. “Jadi itu bukan tawuran. Itu penyerangan yang sengaja dan sudah direncanakan terlebih dahulu,” tuturnya. Karenanya, Halim meminta agar seluruh pihak berpikir keras dan menangani masalah tersebut secara serius. Tiga pihak yang paling dianggap bersalah oleh Halim adalah pihak kepolisian, Satpol PP, dan pihak sekolah yang menjadi pelaku penyerangan. Polisi, kata Halim, seharusnya mampu mengantisipasi peristiwa tersebut dengan memantau setiap pergerakan gerombolan siswa yang dianggap mencurigakan. Ia meminta agar Polres Cirebon Kota dapat segera menempatkan personelnya pada jam-jam rawan dari pukul 10.00 hingga 13.00 WIB. “Kalau polisi bekerja, pasti tidak mungkin terjadi yang seperti kemarin,” kata Halim kesal. Sementara Satpol PP yang seharusnya juga berperan menindak siswa yang berada di luar jam sekolah, dianggap tidak melakukan fungsi dan tugasnya secara baik. Sehingga menurutnya perlu ada penegasan dari kepala daerah. “Jangan banyak-banyak, tempatkan saja beberapa personel dan tak perlu semua sekolah. Kan hanya beberapa saja yang rawan,” kata Halim. Sementara pihak sekolah yang lalai sehingga membiarkan siswa melakukan aksi penyerangan, lanjut Halim, juga harus melakukan evaluasi. Sebab, pada saat penyerangan sekitar pukul 10.00 WIB, seharusnya para siswa tersebut masih berada di dalam kelas. “Dan, solusi-solusi itu sebetulnya sudah saya sampaikan dari dulu. Tetapi tidak dilaksanakan secara serius. Makanya terjadi lagi,” tegas Halim. Ia menyatakan, hingga kini pihaknya belum mengetahui apa penyebab terjadinya aksi penyerangan. Namun yang jelas, penyerangan, pencegatan dan tindak kekerasan lain kerap didapatkan para siswanya. Terakhir, kata Halim, sebelum aksi penyerangan, salah satu siswa SMK PUI dicegat beberapa siswa dari sekolah lain. Parahnya, siswa pelaku pencegat juga membawa senjata tajam. “Itu pas anak kami pulang, dicegat di terminal. Tapi untungnya tidak jadi, keburu dilerai terus pelakunya kabur,” jelas Halim. Pencegatan juga dilakukan oleh siswa dari sekolah lain saat para siswanya pulang dan menumpang kendaraan. Tak jarang mereka menjadi korban pelemparan batu serta aksi provokasi lainnya. Pencegatan tersebut terjadi dari dua arah jalan pulang siswa, baik yang melalui jalur by pass barat menuju Kedawung maupun by pass arah timur ke Terminal Harjamukti. “Jadi kami merasa tidak aman sekarang. Pulang dicegat, di sekolah pun diserang,” keluh Halim. Ia kembali menegaskan, bahwa sejatinya polisi dapat mengantisipasi hal tersebut. Terlebih aksi para siswa tak dilakukan sendiri, tetapi secara berkelompok. Sehingga mudah dideteksi dan dicegah. “Kalau ada siswa kumpul-kumpul jam sekolah atau pas pulang, kan bisa langsung dibubarkan,” tandasnya. (day)

Tags :
Kategori :

Terkait