Nelayan Pesisir Bertaruh Nyawa di Musim Angin Selatan

Selasa 13-08-2019,18:30 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

CIREBON - Nelayan di Kampung Pesisir, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon, rela bertaruh nyawa demi mencukupi kebutuhan hidup. Pasalnya, mereka nekat melaut meski kondisi cuaca sedang berbahaya dengan angin dan ombak yang cukup besar. Dalam setahun, nelayan pesisir merasakan tiga musim. Yakni musim angin barat, selatan, dan timur. Paling tidak disukai dan dianggap masa paceklik adalah ketika musim angin selatan. Saat musim angin selatan, kondisi cuaca sedang tidak bersahabat dengan kecepatan angin selalu di atas rata-rata. Belum lagi ancaman besarnya hempasan ombak yang menerjang perahu nelayan. Ketua Rukun Nelayan Desa Pesisir, Sadikin (43) mengatakan, hanya beberapa nelayan yang memaksa melaut ketika angin sedang besar. Yakni mereka yang terdesak kebutuhan hidup untuk kebutuhan keluarga. Sementara mayoritas nelayan lain, memilih bertahan di rumah dengan kerja serabutan. “Musim ketiga (angin selatan, red) jarang berangkat. Berangkat juga berisiko. Beberapa memang ada yang memaksakan karena terdesak keperluan keluarga, walau taruhannya nyawa. Biar angin besar juga, lihat nanti di sana sajalah. Karena memang perlu makan, anak juga perlu sekolah,” pungkasnya. Tahun ini, musim angin selatan kurang lebih telah berlangsung selama tiga bulan. Selama itu juga Nelayan banyak yang menganggur. Diprediksi akan terus berlangsung hingga Oktober dan November mendatang. Ketika berakhir, akan beralih ke musim angin barat. Saat musim angin barat, kondisi angin dan ombak, lebih stabil. Digadang-gadang, angin barat juga merupakan panennya nelayan. Di mana hasil laut melimpah dibanding musim sebelumnya. “November dan Desember mulai ada angin dari barat. Mulai air kembali bisa pasang. Hasilnya juga lumayan. Paling kendalanya hujan. Cuma kalau hujan, cuaca lebih tenang. Nahan dingin aja. Lebih baik hujan daripada angin besar,” katanya. (ade)

Tags :
Kategori :

Terkait