HUJAN meteor Perseid yang tiap tahunnya berlangsung antara 17 Juli hingga 24 Agustus mencapai puncaknya pada Selasa, 13 Agustus 2019 pukul 14.00 WIB. Karena terjadi saat di Indonesia sedang siang hari, maka waktu terbaik untuk mengamati hujan meteor ini adalah pada 13 Agustus atau 14 Agustus dini hari hingga menjelang subuh. Namun, siapa sangka, tepatnya pada tanggal 10 Juli 1922 sekitar pukul 22:35 waktu setempat, setelah muncul penampakan bola api dan suara ledakan, jatuh dua fragmen meteorit dengan berat total 15,5 kg dan bobot meteorit ini tercantum dalam \"Katalog Meteorit\" (Grady 2000) di wilayah Sindanglaut, Cirebon. Jatuhnya fragmen terkecil dengan berat 7,5 kg, terjadi di dekat Karangwareng. Peristiwa jatuhnya meteorit ini diiringi dengan suara gemuruh yang sangat besar dan terjadi hanya beberapa meter dari kediaman seorang warga. Meteorit menabrak pohon pisang dan membelah menjadi dua dan akhirnya menghantam bumi membentuk cekungan sedalam sekitar satu kaki (12 inchi) dan lebar setengah kaki (6 inchi). Dua hari kemudian lubang bekas hantaman meteorit ke tanah yang kedua ditemukan warga di sawah sekitar 300 meter sebelah tenggara dari stasiun kereta api Karangsuwung, sekitar 0,5 km sebelah timur laut dari titik dampak lainnya. Lubang ini memiliki kedalaman 64 cm dan berisi meteorit yang beratnya 8 kg. Mungkin beberapa fragmen meteorit yang lainnya jatuh di laut, karena arah bola api didekat laut dari barat laut ke tenggara, menunjukkan sebaran fragmentasi yang meluas. Meteorit yang ditemukan ini adalah meteorit batuan, subtipe chondrite dari kelompok L dengan petrologi kelas 5 (\"normal\" chondrite dengan kadar besi rendah dan metamorfosis tingkat tinggi), FA24. Salah satu batu meteorit yang ditemukan tersimpan di museum Geologi Bandung. Pada tanggal 7 Mei 1979 sekitar pukul 09:30 waktu setempat juga jatuh sebuah meteorit seberat 1,6 pound setelah kemunculan sebuah bola api dan suara ledakan di sebuah taman dekat Sampora, Cilimus. Meteorit yang ditemukan adalah meteorit berbatu, Chrondrite dari kelompok L kelas petrologi 5 (sebuah chrondrite \'biasa\' dengan kadar besi yang rendah dan metamorfosis tingkat tinggi), Fa 24.0. (*)
97 Tahun Lalu, Batu Meteor Jatuh di Cirebon
Rabu 14-08-2019,06:23 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan
Tags :
Kategori :
Terkait
Terpopuler
Minggu 15-09-2024,17:55 WIB
Relawan Sekota FN Janjikan 15 Ribu Suara untuk Paslon Dani-Fitria di Pilwalkot Cirebon
Minggu 15-09-2024,12:00 WIB
Menikmati Keindahan Alam di Palutungan Kuningan, Ini Dia 5 Rekomendasi Wisata yang Menarik Dikunjungi!
Minggu 15-09-2024,11:00 WIB
Cafe di Linggarjati Kuningan yang Instagramable untuk Menikmati Suasana
Minggu 15-09-2024,11:30 WIB
Hakim Sidang PK 6 Terpidana Kasus Vina Cirebon Diminta Panggil Iptu Rudiana
Minggu 15-09-2024,12:45 WIB
Kinerja Tim Khusus Mabes Polri Dipertanyakan, Sudah 2 Bulan Belum Ada Info Kasus Vina Cirebon
Terkini
Senin 16-09-2024,02:00 WIB
Hasil Liga Spanyol: Lamine Yamal Cetak Brace, Barcelona Pesta Gol Lawan Girona
Senin 16-09-2024,00:00 WIB
Hewan Berbulu Selain Bisa Membawa Virus Mematikan Ternyata Juga Bisa Menyembuhkan Berbagai Macam Penyakit
Minggu 15-09-2024,22:00 WIB
Petis Dukung Eti-Suhendrik, Eti Herawati: Kemenangan di Depan Mata
Minggu 15-09-2024,21:00 WIB
Literasi DKIS
Minggu 15-09-2024,20:00 WIB