SMPN 1 Sumber Tak Jadi Prioritas DAK

Rabu 14-08-2019,09:00 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

CIREBON - Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon mengakui banyak sekolah lain yang mengalami kerusakan parah ketimbang SMPN 1 Sumber. Oleh karena itu, tidak menjadi prioritas utama dalam pengajuan DAK 2019. Kabid SMP Disdik Kabupaten Cirebon, Dr H Mashuri MPd kepada Radar Cirebon mengatakan, SMPN 1 Sumber tidak masuk dalam bantuan DAK tahun 2019 karena terlambat mengajukan. “Kan kalau DAK 2019 itu diajukan pada Januari 2018 kemarin. Sedangkan itu kerusakan terjadi setelah Januari 2018 pasca pengajuan DAK,” ujarnya, kemarin Selasa (13/8). Tidak hanya tahun 2019, Mashuri menegaskan, untuk DAK 2020 mendatang, pihaknya memprediksi SMPN 1 Sumber pun kembali tidak mendapatkan bantuan DAK. Kenapa tidak menjadi prioritas? Karena banyak sekolah lain yang kondisi kerusakannya jauh lebih parah dibandingkan SMPN 1 Sumber. Sehingga, banyak skala prioritas yang harus didahulukan. “Coba lihat sekolah-sekolah yang lain. Masih banyak sekolah lain yang kerusakannya lebih parah dan masuk prioritas untuk segera diperbaiki,” ucapnya. Selain itu, penetapan penerima bantuan DAK ditentukan pemerintah pusat. Karena lebih melihat skala prioritas. Terkait dengan ambruknya ruang kelas SMPN 1 Sumber, Mashuri mengungkapkan akan ditangani melalui mekanisme bantuan CSR. “Insya Allah dari CSR PLN. PLN sudah menyanggupi untuk melaksanakan perbaikan ruang kelas di SMPN 1 Sumber,” jelasnya. Terpisah, Sekretaris Daerah Kabupaten Cirebon Drs H Rahmat Sutrisno MSi  mengatakan, pihaknya sudah meminta keterangan dari Disdik. “CSR dari PLN telah disetujui dan akan segera dilaksanakan untuk memperbaiki bangunan SMPN 1 Sumber yang rusak,” pungkasnya. Seperti diberitakan sebelumnya, empat ruang kelas ambruk dan dua laboratorium SMPN 1 Sumber hampir roboh. Yang membuat miris, lokasinya di sekolah favorit dan berada di jantung kota Kabupaten Cirebon. Kepala SMPN 1 Sumber, Herri Purnama kepada Radar Cirebon menjelaskan, sudah satu tahun ini atap dari empat kelas sekolah yang dipimpinnya ambruk. Kondisi itu sudah berlangsung sejak tahun 2018 lalu. Oleh karena itu, pihaknya mengosongkan dan tidak mempergunakannya sebagai tempat belajar mengajar siswa. Selain empat ruang kelas yang ambruk atapnya, ada dua ruangan lagi yang hampir roboh, yakni laboratorium bahasa dan lab IPA. Karena khawatir terjadi hal yang tidak diinginkan, walaupun atapnya belum ambruk total, pihaknya sudah tidak menggunakan ruangan lab tersebut. Ditanya apakah pihaknya sudah menyampaikan kondisi itu ke Dinas Pendidikan? Herri mengaku, tidak tinggal diam dan sudah mengajukan berbagai proposal. “Kita ajukan proposal untuk perbaikan ke mana-mana. Ke Dinas Pendidikan sudah, dan lainnya sudah. Namun sampai sekarang belum ada jawaban kapan akan dibangun,” ungkapnya, Senin (12/8). Pihaknya kecewa ketika tahun 2019 ini tidak mendapatkan dana alokasi khusus (DAK). Sedangkan 36 SMP lainnya mendapatkan DAK Rp14 miliar. “Memang harusnya sekolah kami dengan empat ruang kelas yang atapnya ambruk dan dua ruang lab yang hampir ambruk juga menjadi prioritas pembangunan dengan DAK. Tetapi, ternyata tidak,” tuturnya. (den)

Tags :
Kategori :

Terkait