Seperti Siklus Artis, Bisnis Redup setelah Tak Dapat Sorotan

Kamis 15-08-2019,13:00 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Bisnis kue artis tinggal menyisakan konsumen loyal. Soal rasa, nampaknya masyarakat tidak kompromi. Artis sebagai pemantik dinilai mempunyai peran sesaat. Mereka yang tidak bisa berinovasi akan tenggelam. Pakar Ilmu Komunikasi IAIN Syekh Nur Jati, Dr Arief Rachman MSi beranggapan, ‘meledaknya’ bisnis artis saat itu, merupakan bagian dari siklus keartisan. Bagi mereka yang tidak berkualitas, akan tenggelam. Hal itu seiring dengan meredupnya popularitas para artis di media. “Seiiring dengan meredupnya dunia keartisan, otomatis tidak banyak di sorot oleh media. Dengan tidak banyak di sorot, nama artis semakin turun. Turunnya nama mereka, maka masyarakat juga mulai melupakan para artis tersebut,” kata Arief, yang ditemui di ruang kerjanya, Rabu (14/8). Berbicara kue atau makanan, soal rasa tetap yang utama. Kalau rasa tidak sesuai selera, kata Arief, sangatlah sulit konsumen untuk bertahan dan kembali membeli. Adapun mereka yang loyal, dilatarbelakangi sejumlah faktor. Seperti memiliki hubungan emosional dengan seseorang atau suatu tempat, hingga karena mereka fans berat artis tersebut. “Sama ketika artis sudah tidak terkenal kemudian ditinggalkan. Karena dia menghargai artis tersebut, merasa memberikan inspirasi, merasa bahwa inspirasi itu mengubah hidupnya, sebagai tanda terimakasih, tanda bersyukur, dia akan selalu membeli makanan atau segala sesuatu yang berhubungan dengan artis tersebut,” tambahnya. Arief juga mencontohkan beberapa makanan yang masih laris di pasaran meski bukan milik artis. Seperti Brownis Amanda dan Empal Gentong H Apud. Menurutnya, dua kuliner tersebut mampu membuat pengunjung untuk kembali datang melalui rasa yang disuguhkan. “Kita lihat banyak kuliner di Cirebon yang bertahan hanya karena word of mouth atau dari mulut ke mulut. Mereka (H Apud dan Amanda, red) kan bukan artis. Betul-betul mengandalkan cita rasa. Sehingga itu yang melekat di lidah. Itu yang membuat memori pengunjung semakin kuat,” tuturnya. Arief menilai, masyarakat tertarik untuk berkunjung adalah karena penasaran kepada tokoh atau figure artis tersebut. Sementara artisnya sendiri, tidak selalu dapat memantau dan tinggal di masing-masing toko milik mereka. “Saya memandangnya masyarakat hanya tertarik ketika ada artisnya saja. Bukan karena ada keunikan rasa. Kalau artis mampu meramu masakan yang berbeda, akan bisa bersaing,” tukasnya. (ade)

Tags :
Kategori :

Terkait