Desa Curug Wetan yang Sempat Terkenal sebagai Sentra Batu-bata Berkualitas

Kamis 15-08-2019,20:08 WIB
Reporter : Leni Indarti Hasyim
Editor : Leni Indarti Hasyim

Desa Curug Wetan pernah kondang sebagai daerah penghasil batu-bata. Bahkan dulu kala nama Curug Wetan tak kalah dengan Jatiwangi di Majalengka yang terkenal sebagai sentra penghasil kerajinan olahan dari tanah liat seperti genting hingga batu-bata. DULU sekitar tahun 80 sampai 90-an menjadi tahun keemasan para perajin batu-bata di Desa Curug Wetan. Pasalnya, saat itu ada lebih dari 100 perajin yang memproduksi batu-bata berkualitas. Namun, perlahan pamor sebagai wilayah penghasil batu-bata terbaik di Cirebon turun. Dikarenakan beberapa hal, di antaranya perajin sulit mendapatkan bahan baku dengan kualitas terbaik. Ya, para perajin tersebut sejak lama dilarang menggunakan bahan baku dari Desa Curug Wetan. Hal tersebut bukan tanpa alasan, pemdes dan warga sekitar khawatir melihat kerusakan lingkungan yang terjadi. Kuwu Desa Curug Wetan, Jaenudin kepada Radar Cirebon menuturkan, akibat aktivitas para perajin batu-bata tersebut banyak meninggalkan lokasi bekas tambang. Jika dibiarkan dianggap merusak lingkungan. “Jadi setelah melihat dampaknya, ratusan perajin ngambil bahan bakunya dari situ, dibikin disitu dan dijual baru kelihatan dampaknya, akhirnya dilarang. Diizinkan tetap jalan asalkan bahan bakunya dari luar, beli material sendiri,”ujar Jaenudin. Dari kondisi itulah, perlahan-lahan jumlah perajin batu-bata berkurang, bahkan terakhir saat pendataan perajin yang masih aktif tinggal tersisa 50 orang. “Jadi penurunannya mulai dari peristiwa itu, lingkungan sini rusak, perajin diminta beli bahan baku dari luar. Akhirnya banyak yang kesulitan dan memilih berhenti. Karena harganya juga rupanya tidak murah. Satu dump truck itu sekitar Rp380 ribu. Biaya yang naik membuat perajin mengurangi kualitas, sedangkan harga harus bersaing. Jadi banyak yang kemudian berhenti,” imbuhnya. Untuk kualitas menurut Jaenudin jika dibandingkan dengan produksi lama dengan produksi saat ini sangat jelas berbeda. Batu-bata Curug jaman dulu sekalipun digempur hujan dan panas sangat kuat. Berbeda sekali dengan batu-bata sekarang yang mudah hancur jika kena hujan. “Kalau kualitas tentu kuat yang dulu. kalau yang dulu kan asli tanah Curug. Kalau yang sekarang kan bahannya dari luar. Selain itu biayanya yang bertambah, ditambah harga harus murah sehingga kalau kualitas ya menyesuaikan harga,” jelasnya. Sementara itu salah satu perajin, Wahab kepada Radar Cirebon menuturkan harga jual batu-bata Curug per satu pcs-nya dijual dengan harga Rp.500. Nilai jual tersebut bisa bertambah jika pembeli menginginkan paket antar sampai di tempat. “kalau ambil sendiri ke lokasi itu Rp500. Kalau diantar beda lagi. Ada ongkos angkut, ada ongkos mobil juga,” ujarnya. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait