Semangat Gupron, Penderita Tumor Otak yang Hadiri Wisuda Sarjana Menggunakan Kursi Roda

Selasa 18-02-2020,19:19 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

Sabtu pagi (15/2) menjadi hari yang ditunggu-tunggu Gupron. Dengan menggunakan kursi roda, ia hadir sebagai wisudawan. Pria 27 tahun itu menderita tumor otak. Optimistis untuk sembuh menjadi langkah awal untuk menggapai cita-cita.

LAPORAN: ADE GUSTIANA, Cirebon

MOMENTUM wisuda itu setidaknya bisa sejenak melupakan penderitaan yang selama ini dialami. Dalam kesempatan proses wisuda, Gupron datang bersama kakak pertamanya Julaeha dan pamannya Aliansyah.

Sejak awal duduk di bangku kuliah, anak ke-6 dari 7 bersaudara ini tergolong sebagai pria mandiri. Bekerja dan mencari penghasilan sendiri untuk membiayai hidup dan kebutuhan kuliahnya.

Pekerjaan apapun dilakoni. Itung-itung sebagai batu loncatan, menunggu gelar sarjana yang baru didapatkan.

“Pagi kerja, sore sampai malamnya kuliah,” ujarnya, menceritakan kesibukan sebelum divonis menderita kanker otak.

Alumni SMKN 1 Jamblang itu mengenyam bangku kuliah di STMIK WIT prodi Sistem Informasi. Mempunyai cita-cita sebagai direktur sebuah perusahaan start-up.

2

“Pokoknya yang berhubungan dengan teknologi, karena berkaitan dengan jurusan di perkuliahan yang saya ambil,” kata Gupron, yang baru saja menjalani operasi hidrosefalus 27 Januari 2020 lalu.

Ya, belum genap 1 tahun gejala tumor otak mendera. Berawal dari pusing di kepala yang dirasakan secara berkelanjutan, pada pertengahan 2019 lalu.

Setelah menjalani pemeriksaan, barulah diketahui ada tumor di otak kiri bagian bawah. Operasi hidrosefalus dilakukan dengan cara memasang selang dari kepala ke pembuluh darah dan tembus ke perut.

Selang dipasang untuk membuang cairan yang ada di otak Gupron. Sementara untuk pengangkatan tumor tidak bisa dilakukan dengan segera. Perlu tahapan pemulihan, sebelum diputuskan.

“Kalau setelah pasang selang sudah pulih, barulah akan diangkat tumornya. Cuma waktunya nggak tahu kapan,” katanya.

Ayah Gupron telah meninggal dunia sekitar 3 tahun lalu. Sementara sang ibunda tengah menderita sakit jantung.

Alasan itu juga yang membuat sang ibu tidak datang di hari wisuda anaknya itu. Walaupun untuk berdiri pun sulit, pria asal Desa Babakan, Kecamatan Sumber, itu tidak ingin terlewat saat di wisuda. Ia mengusahakannya untuk datang.

Baginya, momentum wisuda adalah akhir dari perjalanan kuliah yang wajib untuk dihadiri. “Kalau hari bahagia (wisuda, red) tidak kumpul barang teman-teman tuh rasanya sedih,” ungkapnya.

Tags :
Kategori :

Terkait