Petani Tebu Keberatan PG Sindanglaut Ditutup, Ini Alasannya

Kamis 20-02-2020,17:18 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

CIREBON - Penghentian operasional Pabrik Gula (PG) Sindanglaut sampai batas waktu yang tidak ditentukan mengundang keprihatinan dari banyak pihak. Selain karena nilai historisnya, banyak keluarga yang menggantungkan hidup dari keberadaan PG Sindanglaut.

Dihentikannya operasional pabrik gula disebut akan berdampak secara sistemik bagi banyak sektor. Di antaranya persoalan ekonomi dan persoalan sosial. Oleh karena itu, banyak pihak berharap agar keputusan itu ditinjau ulang dan dibatalkan.

Mae Azhar, perwakilan petani tebu PG Sindanglaut yang juga Wakil Ketua DPC PDIP Kabupaten Cirebon menyebutkan, keputusan untuk menutup operasional PG Sindanglaut adalah langkah yang kurang tepat. Karena bisa menimbulkan persoalan baru.

“Apakah kajian yang dilakukan oleh LPP Jogjakarta itu sudah sesuai? Apakah angka yang muncul itu penjumlahan yang benar? Saya sendiri sebagai petani tidak pernah dimintai pendapat. Sehingga sikap kami sudah jelas, kami menolak penutupan pabrik gula dengan alasan apa pun,” ujarnya.

Menurut Azhar, persoalan yang mungkin terjadi adalah potensi ancaman PHK massal yang bakal menimpa karyawan pabrik gula. Menurutnya, dari sekian jumlah pekerja, ia tak yakin jika seluruhnya akan ditarik ke PG Tersana baru.

“Jumlah karyawan yang ada di kita ini cukup banyak, jumlahnya ratusan. Apakah semuanya terserap ke Tersana Baru? Saya yakin tidak. Ini yang nantinya akan jadi masalah, merembet ke mana-mana. Ini yang kita hindari dan jangan sampai terjadi. Kita ingin semuanya kondusif. Pihak manajemen juga jangan mengambil keputusan yang berakibat muncul potensi hal-hal yang tak diinginkan,” imbuhnya.

Paling memrihatinkan, kata Azhar, keputusan tersebut justru diketahui para petani dan karyawan melalui pemberitaan media. Sementara petani tidak pernah dilibatkan.

2

“Jujur, saya tidak tahu bakal seperti ini (ditutup, red). Informasi ini justru saya terima dari media. Padahal ini informasi sangat penting. Kita sayangkan. Manajemen perlu jelaskan hal ini kepada kami maupun para karyawan secara detail dan rinci. Karena ini menyangkut hajat hidup orang banyak,” tandasnya.

Seperti diberitakan, tahun 2020 menjadi akhir perjalanan Pabrik Gula (PG) Sindanglaut. Operasional pabrik gula warisan Belanda yang beroperasi rutin sejak 1898 atau sudah 122 tahun tersebut berhenti sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Sekretaris Perusahaan PT PG Rajawali II Erwin Yuswanto menyebut keputusan ini merupakan pilihan sulit yang harus diambil oleh manajemen setelah evaluasi atas perjalanan pabrik gula yang berlokasi di Desa Cipeujeuh Wetan, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, tersebut.

Terlebih hasil kajian dari LPP (Lembaga Pendidikan Perkebunan) Jogjakarta merekomendasikan kepada PT PG Rajawali II untuk menutup salah satu PG di Cirebon.

“Ini tentu berat buat kami. Apalagi PG Sindanglaut punya historical yang panjang. Tapi keputusan sudah dibuat. PG Sindanglaut tidak akan giling untuk musim giling 2020,” ujarnya, Selasa (18/2).

“Kajian dari LPP Jogjakarta menjadi rujukan kita untuk mengambil kebijakan ini. Rekomendasi LPP Jogjakarta, salah satu pabrik harus ditutup. Dasarnya, ketersedian lahan di wilayah kita tak memungkinkan operasional dua pabrik. Akhirnya setelah dilakukan evaluasi, pilihannya adalah tidak melakukan giling untuk musim giling 2020,” lanjut Erwin.

Dikatakan, keputusan tersebut sudah disosialisasikan dengan berbagai pihak. Mulai organisasi petani tebu, tokoh petani tebu, dan pihak-pihak terkait lainnya. Pihak manajeman, sambung Erwin, akan menjamin tidak ada mesin serta alat produksi di PG Sindanglaut yang akan dikeluarkan. Bahkan manajemen akan tetap melakukan perbaikan sambil menunggu waktu PG Sindanglaut akan melakukan giling kembali.

“Berbagai perwakilan terkait pabrik gula sudah kita undang. Sudah kita berikan pemahaman dan sosialisasi. Alhamdulillah, mereka, khususnya para petani, mengerti kondisi pabrik. Tahun ini PG Sindanglaut memang tidak giling. Harapan kita kondisinya membaik dan tahun-tahun berikutnya bisa giling lagi. Makanya alat dan mesin tetap ada di dalam PG Sindanglaut. Untuk tebunya, akan digiling di PG Tersana Baru,” jelasnya.

Tags :
Kategori :

Terkait