Kapal Nelayan Cirebon Terbalik di Karimunjawa, Keluarga Korban Sudah Tahlilan

Rabu 04-03-2020,14:17 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

Raup masih trauma. Pria 50 tahun itu masih terngiang dengan kejadian itu; terbaliknya kapal di sekitar perairan Karimunjawa saat mereka mencari ikan. Kapal itu karam dihantam badai. Sang adik, Iswandi (48), hilang hingga saat ini. Keluarga pasrah. Ikhlas. Bahkan sudah menggelar tahlilan.

LAPORAN CECEP NACEPI, Cirebon

RAUP beralamat di Blok 2, Desa Kreyo, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon. Ditemui Radar Cirebon, kemarin, dia tak mau cerita lebih jaul soal kejadian itu.

“Saya sendiri masih trauma Mas. Kalau tanya terus soal kejadian waktu itu, saya masih keingat terus. Adik saya Iswandi masih belum ketemu sampai sekarang,” tuturnya.

Kejadian itu sekitar 10 hari yang lalu. Ketika itu, kapal berukuran sedang, 27 GT, yang ditumpangi Raup dengan 9 anak buahnya, termasuk Iswandi, berlayar dari Jakarta untuk tujuan mencari ikan. Bagi Raup, mencari ikan dengan kapal 27 GT adalah hal biasa. Sudah dilakukan sejak usia muda.

Meski demikian, pria kelahiran Tegal itu juga sadar, jarak yang dia putari untuk mencari ikan terbatas. Tidak semua perairan Indonesia dia jajaki.

“Tak pernah jauh. Perairan Jawa dan sekitar Karimun (Kepulauan Karimun, red),” katanya.

2

Dan, perjalanannya berlayar kali ini tidak selancar seperti sebelumnya. Sekitar 20 hari berlayar, kapal yang dikemudikan Raup mengalami musibah.

Seingat Raup, itu  di Laut Bangka. Sekitar pukul 04.00 subuh. Tiba-tiba datang badai dan angin yang cukup kencang, kemudian menerjang kapal.

“Saat itu badai dan angin kencang muter, mendung, dan ombak. Kapal pun miring langsung tergelimpang,” sambung Dirman (60), biasa disapa Bima, salah satu ipar Raup.

Baca juga: Kapal Tanpa ABK Ditemukan Terbalik di Karimunjawa

Bima juga bekerja mencari ikan dan menjadi pemimpin dalam suatu kapal seperti Raup. Untungnya, saat itu di Laut Bangka ada kapal nelayan lainnya yang mencari ikan dengan jarak 1 mil. Ketika melihat adanya salah satu kapal yang tenggelam, kapal lainnya berdatangan untuk memberikan pertolongan.

“Saat itu, semua ABK menyelamatkan diri sendiri agar tidak tenggelam. Tapi, adik Raup yang bernama Iswandi tidak bisa renang. Jadi tenggelam dan tak ditemukan sampai sekarang,” kata Bima.

Menurut Bima, kehilangan Iswandi merupakan takdir. Dia memang tidak bisa berenang. Walau itu bukan menjadi penyebab utama. Pasalnya, korban juga sudah puluhan tahun berlayar dengan Bima dan Raup.

“Dia memang dari dulu berlayar dengan kami. Puluhan tahun di laut. Dari dulu juga gak bisa berenang. Kalau namanya umur, kan gak tahu. Dia (Iswandi, red) gak takut tenggelam karena memang mencari uang di laut,” ujarnya.

Tags :
Kategori :

Terkait