Proses pemantauan dilakukan oleh petugas Posko Pemprov DKI sesuai dengan laporan yang disampaikan petugas medis RSUP Persahabatan. “Kalau pasien pulang bukan tanggung jawab rumah sakit lagi. ODP ini belum tentu jadi pasien, kami berikan laporan rutin setiap hari ke posko Dinkes DKI, nanti petugas dinas yang pantau,” jelasnya.
Sedangkan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbankes) Kemenkes sudah memeriksa 156 spesimen dari 156 Pasien Dalam Pengawasan (PDP) Covid-19. “Posisi kemarin 156 spesimen pasien PDP yang berasal dari 35 rumah sakit yang tersebar di 23 provinsi, hasilnya 2 positif yang kita sebut kasus no 1 dan kasus no 2,” kata Sekretaris Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan Achmad Yurianto.
Yurianto sendiri telah ditunjuk sebagai juru bicara untuk penanganan penyebaran Covid-19. “Jangan ditanyakan siapa kasus No 1 dan No 2, jangan ditanyakan rumah sakitnya di mana. Masih ada 9 spesimen yang kita tunggu untuk dicross-check hasil pemeriksaannya,” tandas Yurianto.
Dikatakan, pemeriksaan di Balitbankes tidak hanya menggunakan cara PCR (polymerease chain reaction), tapi juga genome sequencing.
“Memang PCR reaksi cepat kurang 24 jam bisa diketahui hasilnya, tapi cross check dengan genome sequencing yang butuh waktu 3 hari untuk memastikan,” ungkapnya.
Selain itu, Kemenkes juga sudah memeriksa 188 orang anak buah kapal (ABK) World Dream dan 69 ABK Diamond Princess. “Ada kelompok lagi yang berasal dari 188 orang ABK World Dream sudah selesai dan semua negatif, kelompok lagi 69 ABK Kapal Diamond Princess, 68 spesimen sudah selesai dan semuanya negatif sedangkan 1 masih dilakukan pendalaman lagi. Kita minta diulang pemeriksaannya karena spesimennya tidak bisa diperiksa,” katanya.
Lalu 11 orang juga yang diambil spesimennya karena pernah kontak langsung dengan turis Jepang yang diketahui positif Covid-19 di Jepang. “Ada 11 orang negatif yang berasal dari tracing datangnya turis Jepang ke Indonesia pada 15-19 Februari dan kembali ke Jepang ternyata diketahui positif. Kesebelas orang ini semua negatif,” tambahnya.
Penulusuran itu, menurut Yurianto, diterapkan hingga kepada pegawai hotel dan sopir yang mengantarkan warga Jepang tersebut. “Kluster Denpasar terkait turis Jepang. Kami minta KBRI tanya siapa orang ini, kita cek ke Imigrasi didapat tanggal masuk dan keluarnya kapan, lalu apakah di bagian kesehatan karantina memiliki health card. Kita tanya dengan teman di dinas pariwisata ada hotelnya, selama di hotel apa aktivitasnya, ada di Ubud. Kita cari sopirnya, siapa room service dan ditemukan 11 orang. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan virus, semua negatif,” terangnya. (gw/fin)