Beberapa Komoditi Langka, Ada Indikasi Tengkulak Bermain

Sabtu 14-03-2020,20:30 WIB
Reporter : Agus Rahmat
Editor : Agus Rahmat

Di tengah mewabahnya virus corona, disinyalir para tengkulak tengah beraksi. Mereka mendalangi hilangnya beberapa kebutuhan pokok.

KEKHAWATIRAN sempat melanda masyarakat sejak pemerintah mengumumkan kasus positif virus corona di Indonesia. Seketika itu, terjadi kelangkaan masker, hand sanitizer hingga beberapa barang kebutuhan lain.

Disinyalir terjadi pembelian besar-besaran juga penimbunan, sehingga menakibatkan kelangkaan. Oleh karena itu, masyarakat diimbau tidak terpancing melakukan panic buying.

Kepala Bidang Ketersediaan dan Distribusi Pangan Dinas Pangan Pertanian Kelautan dan Perikanan (DPPKP), Dra Hj Sumarni MA menjelaskan, panic buying dialami komoditi tertentu. Tapi dia yakin, masyarakat tidak melakukan hal itu.

Kalaupun ada kelangkaan, saat ini yang paling terasa adalah bawang putih. Biasanya dilakukan oleh oknum tengkulak yang menimbun lalu dijual kembali dengan harga yang tinggi.

Cadangan pangan utama, yakni beras, masih aman. Setelah diberikan pada korban bencana banjir awal tahun 2020, saat ini Pemerintah Kota Cirebon memiliki 1,4 ton beras yang dititipkan di Bulog Sub Divre III Cirebon. Dan akan kembali dilakukan pengadaan pada April bulan depan, sebanyak 17 ton. “Beda dengan ketersediaan pangan. Kalau ketersediaan pangan itu, pangan milik masyarakat yang ada di Kota Cirebon,” katanya.

Sama dengan cadangan utama, komoditi utama ketersediaan pangan di Kota Cirebon adalah beras. Dalam 1 hari, masyarakat Kota Cirebon membutuhkan 91 ton. Jumlah tersebut menyesuaikan dengan banyaknya penduduk dan belum menghitung pendatang. Dari keseluruhan pedagang yang ada, ketersediaannya mencapai 560 ton. Sedangkan kebutuhan hanya 91 ton. “Artinya, aman,” ucap dia.

Untuk saat ini, sebagian stok bawang putih dihasilkan dari Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah. Harga memang sedang mengalami kenaikan. Tidak hanya bawang putih. Melainkan bawang merah, cabai merah, hingga telur ayam. Bisa jadi ada beberapa oknum yang menyimpan atau membeli dalam jumlah banyak. “Saya pikir kalau masyarakat biasa nggak sampai segitu (membeli banyak, red),” tukasnya.

Akan kondisi tersebut, pihaknya berencana untuk melakukan inspeksi mendadak (sidak) harga komoditi. Meski tidak terlalu membuat resah, disadari bahwa hal tersebut harus segera diatasi.

KELANGKAAN MEMICU KREATIVITAS

Kelangkaan sejumlah komoditi di pasaran seharusnya memicu masyarakat untuk kreatif. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon, Prof Ida Rosnidah SE MM Ak CA menyebutkan, masyarakat cerdas tidak seharusnya melakukan panic buying. Khususnya di Indonesia.

“Di saat situasi kepepet, kreativitas jalan. Bagaimana caranya supaya bisa bertahan hidup,” ujar Ida Rosnidah, Jumat (13/3).

Alternatif barang pengganti, kata Ida, disebut juga sebagai barang substitusi. Beragam contoh yang telah dipraktekkan. Seperti hand sanitizer atau pembersih tangan dengan bahan dasar lidah buaya dan alkohol, ataupun menangkal Covid-19 dengan bantuan jahe merah.

Contoh lain adalah ketika masyarakat dihadapkan dengan kelangkaan cabai. Kemudian, mereka dianjurkan untuk menanam cabai di halaman rumah masing-masing. Contoh-contoh tersebut berkaitan dengan situasi saat ini.

“Pada titik tertentu, akan ada barang substitusi yang akan mengikuti sesuai dengan hukum alam. Jadi kalau permintaan banyak, supply (ketersediaan, red) tidak ada, harga pasti naik. Tapi pada suatu titik tertentu, akan jenuh. Tinggal dikeluarkan aja barang substitusinya, barang penggantinya,” ungkapnya.

Tags :
Kategori :

Terkait