Membatasi interaksi sosialnya dengan tujuan tertentu. Secara istilah, social distancing adalah tindakan non-farmasi untuk menghentikan atau memperlambat penyebaran penyakit menular.
PEMERINTAH mengeluarkan imbauan agar masyarakat membatasi kegiatan di luar rumah, sebagai cara menghindari penyebaran virus corona dan penyakit menular lainnya.
Meliburkan sekolah, belajar di rumah, kuliah daring, hingga bekerja dari rumah, merupakan bentuk-bentuk yang mengarah pada social distancing. Cara yang diyakini mencegah seseorang terpapar penyakit. Juga menghindari pasien menularkan kepada orang lain.
Cara ini dinilai paling efektif untuk penyakit-penyakit yang bertransmisi melalui droplet, seperti batuk dan bersin, termasuk untuk kasus corona ini. Tercatat dalam sejarah taktik social distancing berhasil dalam mengatasi kasus pandemi flu virus H11N1 di AS pada 1918.
Keputusan agar siswa belajar di rumah untuk Kota Cirebon diputuskan walikota, Minggu (15/3). Sementara beberapa kampus juga memutuskan melakukan kegiatan terbatas, hanya mewajibkan tenaga struktural masuk kantor dan mahasiswa untuk mengikuti kuliah jarak jauh.
Walikota juga memutuskan membatalkan beberapa event yang berpotensi mengundang masa banyak. Kendati demikian, social distancing juga punya efek negatif bahkan merugikan. Kurangnya interaksi sosial dengan orang lain bisa menimbulkan rasa kesepian hingga tidak terpenuhinya kebutuhan sehari-hari. Social distancing juga akan memperlambat produktivitas yang bisa mempengaruhi beberapa sektor bisnis.
JAGA JARAK, CFD SILIWANGI DAN BIMA SEPI
Keputusan pemerintah kota membatasi beberapa kegiatan, berdampak langsung kepada masyarakat. Minggu pagi (15/3) pasar dadakan di Kawasan Stadion Bima nampak lengang. Secara kasat mata, terlihat penurunan jumlah pengunjung dan pedagang. Adanya pasien positif virus corona yang dirawat di RSD Gunung Jati menjadi alasannya.
Salah seorang pedagang pakaian anak-anak di kawasan Bima, Riska mengatakan, pengunjung menurun drastis. Diperkirakan hingga 70 persen. “Mungkin karena virus corona yang tadi malam (Sabtu 14/3 malam) baru diumumkan walikota,” kata Riska.
Berdasarkan pantauan Radar Cirebon, sepinya pengunjung juga terlihat dari banyaknya kendaraan roda dua yang terparkir. Selain pengunjung, beberapa pedagang memilih tidak lebih dulu berjualan. “Pedagang juga berkurang, cuma tidak sebanyak pengunjung,” ungkap Riska.
Riska sendiri mengaku selalu waspada terhadap penyebaran virus corona. Salah satu yang dilakukan adalah dengan menghindari kontak fisik secara langsung. Adapun terpaksa, ia harus rajin-rajin mencuci tangan. “Tapi ya biasa aja sih sehari-hari mah, kalau di rumah. Kalau baca berita, kadang takut juga,” terangnya.
Namun, untuk yang biasa melakukan jogging di sekitar KSB bima tidak begitu terlihat pengurangan yang signifikan. Mereka masih berolahraga mengitari stadion, dan mayoritas tanpa menggunakan masker.
Kondisi serupa juga terjadi di Jl Siliwangi. Sejak car free day (CFD) dihentikan beberapa waktu lalu, pedagang dan pengunjung memang menyusut tajam. Namun kemarin terlihat lebih sepi lagi.
Salah seorang pesepeda di Jl Siliwangi, M Yahya mengatakan, penyebaran virus corona perlu diwaspadai. Namun bukan berarti, menutup diri. “Asalkan hati-hati, seperti mematuhi anjuran-anjuran yang telah dikeluarkan pemerintah. Menggunakan masker bagi yang sakit, tidak berjabat tangan,” katanya.
Sama halnya dengan apa yang terlihat di sekitar kawasan Bima, pedagang di Jl Siliwangi nampak masih berjualan Minggu kemarin. Namun kerumunan pedagang hanya terlihat di sekitar Pasar Kramat.