Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Cirebon Melambat

Minggu 22-03-2020,03:30 WIB
Reporter : Agus Rahmat
Editor : Agus Rahmat

CIREBON - Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kabupaten Cirebon pada 2019 disebut mengalami perlambatan. Hal tersebut terjadi bukan karena corona, tetapi akibat produktivitas pertanian yang terus menurun setiap tahunnya.

Hal tersebut disampaikan Wijayanti, Kasi Neraca dan Analisis BPS Kabupaten Cirebon saat ditemui Radar, kemarin. Menurutnya, secara umum sebenarnya tidak terjadi penurunan. Yang terjadi di Kabupaten Cirebon adalah perlambatan karena pada 2018 ekonomi tumbuh 5,02 persen dan pada tahun 2019 ekonomi hanya tumbuh 4,86 persen.

“Tapi harus dicatat, ini bukan penurunan. Ini disebutnya perlambatan. Dari 2018 yang angka pertumbuhan ekonominya 5,02 persen menjadi 4,86 persen,” ujarnya.

Menurutnya, produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga di Kabupaten Cirebon pada 2018 sekitar Rp45 triliun dan pada 2019 naik menjadi Rp49 triliun.

“Jadi secara angka PDRB kita tidak turun, angkanya malah naik dari 45 triliun menjadi 49 triliun. Hanya pertumbuhannya yang melambat jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya,” imbuhnya.

Laju pertumbuhan Kabupaten Cirebon, menurut Wijayanti, masih di bawah laju pertumbuhan nasional. Bahkan tidak itu saja, laju pertumbuhan berada di bawah capaian laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat.

“Laju pertumbuhan nasional juga mengalami perlambatan dari tahun 2018 sebesar 5,17 dan tahun 2019 sebesar 5,02 persen. Dan Jawa Barat juga angkanya lebih tinggi LPE-nya ketimbang Kabupaten Cirebon. Jabar untuk tahun 2018 sebesar 5,66 persen dan tahun 2019 sebesar 5,07 persen. Saat ini, kita masih di bawah keduanya,” bebernya.

2

Salah satu hal yang membuat laju pertumbuhan ekonomi melambat adalah menurunnya produktivitas pertanian. Saat ini, pertanian berada di urutan ketiga untuk kontribusi laju pertumbuhan ekonomi.

“Kontribusi industri pengolahan paling besar dua tahun terakhir. Tahun 2019 itu sebesar 20,35 persen. Angkanya mengalami penurunan karena tahun 2018 sebesar 20,94, kontribusi selanjutnya dari sektor perdagangan sebesar 15,44 persen dan yang ketiga dari sektor pertanian sebesar 15,20 persen. Khusus untuk pertanian mengalami penurunan, karena di tahun 2018 persentasenya sebesar 15,77 persen,” ungkapnya.

Sektor pertanian, menurut Wijayanti, mengalami penurunan karena produktivitas yang setiap tahun selalu menurun. Hal ini tak lepas dari alih fungsi lahan yang dilakukan untuk berbagai kebutuhan, dari mulai untuk pemukiman ataupun kepentingan industri.

Selain itu, penyebab lainnya penurunan produktivitas pertanian adalah kemarau panjang yang terjadi hampir di seluruh pulau Jawa, tidak terkecuali di Kabupaten Cirebon yang menyebabkan bergesernya musim tanam, baik musim tanam Gaduh maupun Rendeng. Sehingga berdampak konsekuensi logis menurunnya produksi padi GKP(gabah kering panen).

Untuk tahun 2020, Wijayanti mengaku masih mengumpulkan informasi dari timnya. Data terbaru sendiri baru bisa diketahui saat evaluasi triwulan pertama.

“Perlambatan yang terjadi tahun lalu, itu kan karena produktivitas pertanian yang terus menurun. Untuk tahun ini, saya belum tahu. Semua kemungkinan bisa terjadi. Apalagi saat ini ada kondisi tanggap darurat virus corona,” ungkapnya. (dri)

Tags :
Kategori :

Terkait