Di Luar Perkiraan Bupati Acep, 20 Ribu Perantau Tiba di Kuningan

Senin 30-03-2020,09:30 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

KUNINGAN - Wabah virus corona (Covid-19) yang semakin merebak di sejumlah kota besar seperti Jakarta, Bogor, dan Bekasi memaksa para perantau asal Kuningan memilih pulang kampung. Seperti terpantau di pos check point Sampora sejak Sabtu malam (28/3) hingga Minggu malam (29/3), tercatat hampir 20 ribu perantau masuk Kabupaten Kuningan.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan Agus Mauludin menyebutkan angka perantau yang masuk Kuningan sejak Sabtu pagi (28/3) hingga Minggu malam (29/3) mencapai 20 ribu orang.

Untuk penanganannya, seluruh pendatang tersebut diwajibkan menjalani pemeriksaan cek suhu tubuh dan disemprot cairan disinfektan di tempat yang sudah disediakan. Ia mengakui terjadi lonjakan perantau yang masuk Kuningan. Mereka perantau dari kota besar seperti Jakarta, Bogor, Bekasi, Bandung, hingga dari wilayah Banten.

“Dipastikan masih akan terjadi hingga beberapa hari ke depan. Alhamdulillah sekarang kita dapat tenaga bantuan dari relawan Forum Komunikasi Penggiat Alam Kuningan (FKPAK) untuk pendataan, termasuk bantuan alat bilik disinfektan untuk sterilisasi perantau yang pulang ke Kuningan,” ungkap Agus.

Pantauan Radar Kuningan, para perantau itu datang dengan menumpang kendaraan bus, travel, dan mobil pribadi. Bahkan ada pula yang mengendarai motor. Ini terlihat dari pelat nomor kendaraan yang masuk Kuningan sebagian besar berasal dari daerah Jakarta, Bogor, Bandung, hingga Banten.

Petugas check point yang siaga langsung mengarahkan kendaraan pengangkut perantau tersebut ke Bunderan Ikan Sampora. Di situ, seluruh penumpang termasuk sopir dan kondektur harus turun untuk menjalani pemeriksaan suhu tubuh dan disemprot cairan disinfektan. Kendaraan yang mereka tumpangi ikut disemprot disinfektan.

“Saya memilih pulang kampung karena takut corona. Usaha saya jualan di Jakarta pun sudah tutup. Kalaupun buka, sudah tidak ada yang beli karena orang-orang tidak mau keluar rumah. Tidak ada penghasilan, jadi saya bersama keluarga memilih pulang saja ke Kuningan. Minimal di sini kami bisa bertani untuk beli makan tidak susah seperti di Jakarta,” ungkap Sani, salah satu perantau asal Desa Kadatuan, Kecamatan Garawangi, saat dijumpai Radar.

2

Kepulangan para perantau tersebut mendapat perhatian Bupati Kuningan Acep Purnama. Ia meninjau langsung proses pendataan dan sterilisasi yang dilakukan petugas.

Acep pun mengaku tidak bisa berbuat banyak atas kondisi itu. Sekalipun sudah melakukan banyak imbauan bagi para perantau agar tidak pulang kampung, namun ternyata para perantau tersebut memilih pulang kampung.

“Di luar perkiraan, ternyata sangat banyak saudara-saudara kita pulang kampung gara-gara corona. Sebagai antisipasinya, kami buatkan tenda check point yang akan mendata asal mereka, kondisi kesehatannya, sekaligus penyemprotan disinfektan sebagai upaya mencegah virus corona,” ungkap Acep.

Acep tampak didampingi Kapolres AKBP Lukman Syafri Dandel Malik, Dandim 0615 Letkol Czi Karter Joyi Lumi dan Ketua DPRD Nuzul Rachdy. Menurut Acep, akan meninstruksikan kepada para kepala desa (kades) agar melakukan antisipasi serupa. Yakni melakukan pendataan setiap perantau yang pulang kampung dan mengharuskan para perantau melakukan karantina mandiri selama 14 hari ke depan. Ia juga akan meminta Karang Taruna di desa-desa agar terlibat dalam sosialisasi dan advokasi tentang cegah corona.

“Karena pada dasarnya mereka yang datang dari daerah merah corona. Seharusnya menjalani karantina mandiri selama 14 hari. Bila dalam kurun waktu dua kali masa inkubasi itu mengalami gejala-gejala, agar langsung menghubungi perangkat desa setempat atau puskesmas agar mendapat penanganan sesuai alur yang berlaku. Ini demi keamanan dan keselamatan kita bersama,” imbau Acep.

Ia juga mengimbau kepada seluruh perantau untuk selalu menjaga kesehatan dengan cara melakukan pola hidup sehat, sering mencuci tangan, jaga jarak aman dengan orang lain. Dan yang terpenting tetap di dalam rumah selama masa darurat wabah corona. Terkait kemungkinan lockdown, Acep mengatakan hal tersebut harus melalui kajian yang mendalam dan menunggu instruksi dari pusat.

Namun demikian, kata Acep, jika melihat kondisi sekarang, di mana banyak perantau yang pulang ke Kuningan, maka kebijakan lockdown sangat tidak mungkin dilakukan. “Kita memprediksi arus mudik para perantau ini masih akan terjadi hingga lima hari ke depan, sehingga tidak mungkin kita lakukan lockdown. Tapi kalau untuk lockdown lokal saya rasa perlu dilakuan. Namun harus melalui proses kajian yang matang terlebih dahulu,” ujar Acep. (fik)

Tags :
Kategori :

Terkait