CIREBON - Penyemprotan desinfektan ke jalan-jalan dianggap tidak efektif mencegah penyebaran corona virus disease (Covid-19). Pembantu Dekan III Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Swadaya Gunung Jati (FK-UGJ), dr Ahmad Fariz Malvi Zam-zam Zein SpPD menyarankan penyemprotan difokuskan di ruangan-ruangan.
“Sebetulnya kurang recommended untuk yang lokasinya terbuka,” ujar Fariz, kepada Radar Cirebon, Selasa (31/3).
Untuk ruangan-ruangan atau barang-barang yang banyak disentuh, sangat disarankan untuk disemprot dengan menggunakan disinfektan. Masyarakat juga bisa dengan mudah mendapatkan bahan-bahan untuk membuat cairan disinfektan, karena cukup dengan melarutkan cairan yang mengandung klorin yang kuat dengan air.
“Yang penting bahannya mengandung klorin. Perbandingannya 7 sendok makan cairan klorin berbanding satu liter air,” tuturnya.
Begitu juga terkait penggunaan bilik disinfektan. Alumnus Universitas Indonesia (UI) tersebut menyampaikan, hingga saat ini di kalangan dokter sebenarnya tidak merekomendasikan disemprotkan kepada manusia. Apalagi dilakukan di dalam bilik, seperti yang banyak dilakukan di titik masuk menuju satu wilayah tertentu.
Dokter spesialis penyakit dalam tersebut menambahkan, disinfektan memang memiliki efektivitas yang cukup tinggi untuk membunuh virus, termasuk Covid-19. Tetapi itu berlaku untuk virus yang ada dan menempel di benda-benda mati.
Bilik disinfeksi sebetulnya belum ada bukti yang bermanfaat. Malah isu yang berkembang di dunia kedokteran cukup berbahaya. Saat seseorang berputar di dalamnya, dapat meningkatkan ekspos cairan masuk ke indra yang berlendir seperti, mata, hidung, telinga. “Itu justru berbahaya, malahan kalau penggunaan jangka panjang bisa memicu kanker,” tandasnya.
Sementara untuk masyarakat, upaya pencegahan terinfeksi virus seperti Covid-19 lebih baik cuci tangan menggunakan sabun. Cara ini jauh lebih efektif. (abd)