CIREBON- Tradisi Ceng Beng tahun ini terasa sangat sepi. Upacara sembahyang kuburan yang setiap tahun dilakukan warga Tionghoa untuk menghormati para leluhurnya tahun ini ditiadakan.
Hal ini tampak di lokasi pemakaman di Jalan Cipto Mangunkusumo Sunyaragi, Sabtu (11/4) kemarin. Di hari terakhir tradisi Ceng Beng, terlihat hanya ada beberapa orang tukang bangunan yang sedang merenovasi makam. “Dibanding tahun lalu, beda sekali. Tahun sekarang yang saya lihat, tidak ada yang datang,” ungkap Hadi, warga sekitar.
Tahun ini, tradisi Ceng Beng sendiri puncaknya terjadi pada tanggal 4 April. Namun demikian, seminggu sebelum dan setelah tanggal tersebut, masyarakat Tionghoa juga datang untuk mengunjungi makam keluarga atau leluhurnya. “Tapi karena wabah corona ini, jadi lebih memilih bersembahyang di rumah. Jarang ada yang datang langsung ke kuburan,” lanjutnya.
Dalam tradisi Ceng Beng, biasanya masyarakat keturunan Tionghoa datang untuk bersembahyang di altar yang terletak di pusara leluhur. Tidak hanya warga Cirebon, mereka juga datang dari berbagai daerah. Seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan sebagainya. “Sekarang paling cuma menyuruh orang untuk memperbaiki atau merenovasi kuburan keluarganya. Apalagi kalau yang dari luar kota kan tidak bisa bebas keluar. Sedang dibatasi semua,” pungkasnya.
Sebelumnya, tokoh Tionghoa Kota Cirebon, Yan Siskarteja mengatakan, perayaan Ceng Beng di tahun 2020 ini tidak dilaksanakan. “Karena ada wabah Covid-19 kami meniadakan tradisi Ceng Beng. Kami juga menghormati arahan pemerintah untuk tidak melaksanakan pertemuan atau perkumpulan yang melibatkan banyak orang,” ujarnya.
Diakuinya, wabah Covid-19 juga membuat warga Tionghoa khawatir akan dampak jika tradisi Ceng Beng tetap dilaksanakan. “Ya, banyak yang takut tertular, sehingga mereka banyak yang tidak meramaikan Ceng Beng. Selain itu juga ada imbauan dari kelenteng untuk meniadakan tradisi Ceng Beng,” tuturnya. (awr/azs)