Pembatasan jam opearsional pasar tradisional membuat omzet pedagang pasar menurun. Berangkat dari fenomena ini, Desy Istianti mencoba memasarkan jasa penitipan (Jastip) belanja ke pasar melalui Instagram dengan akun Pasare Kita. Dia menjadi admin akun Jastip ini dengan mengendalikan dari Jepang.
AZIS MUHTAROM, Pekalipan
SATU bulan belakangan, Desy kerap mendengar curahan hati ibunya yang seorang pedagang kelontong sembako di Pasar Kanoman. Akibat mewabahnya corona virus disease (Covid-19), pengunjung pasar jadi sepi. Toko sembako orang tuanya pun ikut terkena imbas.
Desy ingin bisa membatu. Namun, ia saat ini bekerja di Jepang. Dicobalah sebuah ide dengan membuat layanan jasa titipan. Dia membuka akun Pasarekita di media sosial satu pekan lalu. Beberapa hari kemudian, mulai datang pesanan jastip belanja ke pasar tradisional.
Dibantu adiknya, Nanda yang berdomisili di kawasan Petratean, order yang masuk ke handphone-nya direspons satu per satu. Pembayaran, dilakukan dengan sistem transfer ATM, maupun transfer e-banking.
Setiap sore hari, Desy merekap pesanan yang masuk ke nomor whatsapp-nya. Kemudian, list pesanan tersebut di-forwad ke HP adiknya beserta nama dan alamat pemesan. Dini hari, adik dan ibunya berbelanja list pesanan tersebut di Pasar Kanoman. Pagi harinya, pesanan itu mulai diantar ke alamat para pemesan oleh adiknya bersama sejumlah teman.
“Awalnya sih saya coba-coba menawarkan jastip belanja di pasar, untuk teman-teman saya di Cirebon yang kebetulan saat ini sedang social distancing. Kebetulan juga adik saya yang baru lulus SMA masih luang waktunya, jadi bisa bantu membelikan pesanan ke pasar dan mengantarnya ke pemesan,” ujar Desy, kepada Radar Cirebon, Rabu (15/4).
Setiap hari, Desy meminta adik dan ibunya untuk membuat list harga-harga sembako dan komoditas kebutuhan pokok lainnya di Pasar Kanoman. List harga tersebut, kemudian dia posting di Instastory akun Pasare Kita. Postingan list harga tersebut menjadi acuan bagi konsumen.
Pemesan yang dilayani jastip minimal bernilai Rp25 ribu, bisa terdiri dari satu jenis komoditi, maupun berbagai jenis. Untuk maksimalnya, dia tidak membatasi. Bahkan pemesanan partai besar pun dilayani, karena di toko ibunya memiliki mobil pickup yang siap mengirim.
Setiap pengantaran dikenakan biaya Rp5 ribu untuk Kota Cirebon, atau ke wilayah perbatasan dikenakan biaya Rp6 ribu. Tapi, selama masa-masa awal pembukaan layanan jastip ini dikenakan gratis ongkos kirim.
BUKAN TANPA RISIKO
Menjalankan bisnis bermodal kepercayaan dari jarak jauh ini bukannya tanpa risiko. Desy mengaku baru satu minggu membuka bisnis jastip belanja pasar ini, sudah pernah tertipu satu kali.
“Pernah ada pesanan minta diantar ke pemesan. Sesudah sampai, si pemesan ngakunya lagi di bank di daerah gunungsari dan mau transfer. Tapi ditunggu sampai sekarang belum masuk juga. Tapi, ya risikonya memang begini, nilainya lumayan Rp200-300 ribuan. Semoga yang mesan tadi itu disadarkan pikirannya,” kata dia.
Nanda yang menjadi pelaksana di lapangan dari bisnis jastip belanja di pasar ini mengaku pesanan yang masuk sudah mulai ramai dan stabil. Awalnya, hanya ada 3-5 pemesan per hari, tapi beberapa hari ini sudah ada 15-20 pemesan per hari. Bahkan, saat ini untuk memenuhi target pengiriman ke pemesan, Nanda dibantu oleh seorang temannya.
“Setiap pagi, saya dan ibu ke pasar buat belanja pesanan, di-packing per pemesan dan langsung diantar. Jam 9 pagi semua pesanan sudah selesai dikirim. Yang pesan rata-rata di wilayah Kota Cirebon, yang paling jauh ada yang ke Tangkil, Mundu, dan Penggung,” ungkapnya.