Apalagi kondisi perekonomian masyarakat yang telah mengalami masa sempit akan membuat mereka keluar untuk beraktivitas kembali. Masyarakat akan melaksanakan perniagaannya demi mengembalikan kestabilan keuangan mereka. Tentu ini akan membuat masyarakat longgar dalam menjaga interaksi di tengah berkumpulnya massa yang bisa diprediksi akan tak terkendali.
Ketika wabah ini dinyatakan berbahaya saja, pemberlakuan PSBB tak diikuti seluruh masyarakat. Masih ada yang melanggar. Apalagi setelah ada pernyataan menurunnya kasus penularan Covid-19. Dipastikan masyarakat akan berduyun-duyun keluar rumah. Bahkan ada yang memilih mudik. Lagi pula kendaraan umum juga sudah dibuka lagi demi lancarnya aliran ekonomi.
Sebagaimana prediksi Ekonom INDEF Bhima Yudistira beberapa waktu lalu. Atau bisa jadi selain pertumbuhan ekonomi yang utama, ada permintaan dari pebisnis-pebisnis tertentu yang hampir kolaps untuk membuka kembali kran perekonomian. Semua itu dilakukan dengan alasan menyelamatkan pertumbuhan ekonomi negeri ini.
Tanpa ada landasan yang kuat (sesuai ketetapan standar kesehatan), berani membuka kembali interaksi antarmanusia itu sangat berbahaya. Apalagi jika protokol kesehatan tidak lagi diperhatikan. Bisa saja kasus Covid-19 bukannya mereda tapi justru malah meningkat.
Tindakan semacam ini sama saja dengan mengorbankan keselamatan rakyat demi pertumbuhan ekonomi. Dan bisa jadi hanya untuk kepentingan segelintir orang. Hal ini sangat tidak manusiawi.
Bahkan bukan tindakan pemimpin yang seharusnya mengayomi dan menjamin keselamatan rakyat. Cara pandang seperti ini hanya dilakukan oleh sistem kapitalis yang menilai segala sesuatu berasal dari materi semata. Kepentingan pihak pengusaha lebih dikedepankan dibandingan nyawa rakyat.
Islam Memiliki Cara Pandang Berbeda
Satu nyawa saja begitu berharga dalam pandangan Islam. Sampai dikatakan bahwa Allah akan murka jika satu nyawa tercabut sia-sia. Apalagi jika nyawa seseorang harus hilang karna kelalaian dari sosok pemimpin mereka.
Dalam pandangan Islam, pemimpin adalah harus mengurusi rakyatnya, bukan mengurusi pengusaha. Sehingga akan mengambil keputusan sesuai kebutuhan dan keselamatan rakyatnya. Bukan mengedepankan keluhan segelintir pemegang kuasa kendali ekonomi.
Pemimpin Islam akan berhati-hati dalam menerapkan sebuah kebijakan. Karna pemimpin dalam Islam paham betul akan adanya pertanggung jawaban atas kepemimpinannya di akhirat.
Pemimpin Islam akan menyerahkan persoalan kepada ahlinya. Dalam masalah pandemi, pemimpin Islam akan menyerahkan kepada ahli kesehatan. Pemimpin Islam tidak akan mengambil kebijakan sebelum menerima data akurat dan solusi penanganan dari pihak ahli kesehatan.
Pemerintahan Islam juga akan memenuhi setiap yang dibutuhkan oleh para ahli kesehatan. Mulai memfasilitasi penelitian virus, membangun laboratorium penunjang, membiayai maksimal penelitian dan pengadaan obat/anti virus. Hingga memperhatikan keselamatan para tenaga kesehatan. (*)