Menanti Sikap ”Randu Gede”

Selasa 23-06-2020,09:00 WIB
Reporter : Yuda Sanjaya
Editor : Yuda Sanjaya

Butuh kearifan Yance dalam bertindak dan membangun skenario baru untuk mempertahankan dominasi PG di Indramayu. Misalnya, Yance dengan legowo merestui tokoh lain di internal PG Indramayu untuk menggantik suksesi DMS. Kerangkanya tentu saja untuk menyelamatkan PG dari perpecahan.

Bukan mengada-ngada, penilaian obyektif yang menggambarkan soal kegalauan PG menyangkut nama DMS juga tercermin dari pernyataan beberapa pengamat. 

Mengutip berita Radar Indramayu halaman 7 (Jumat 19 Juni 2020), ada pernyataan menarik salah seorang pemerhati pilkada asal Indramayu. Yang mengungkapkan adanya kebelumpastian tentang siapa pendamping DMS jika benar maju sebagai cabup.

Kegalauan yang lebih kentara adalah pernyataan ia mengenai gerakan masif partai lain untuk merebut simpati rakyat. Kedua pernyataan pemerhati ini tentu akan dimanfaatkan partai lain untuk lebih greget menebar pesona kepada rakyat,  tentu saja masih dengan strategi “wait and see”-nya.

Dalam analisa sejumlah politisi, mungkin juga awam, sikap mengistirahatkan pengaruh “randu gede” untuk satu putaran pilkada saat ini, justru akan semakin memupuk empati pendukung dan di luar pendukung PG Indramayu.

Analisa sederhana yang tidak ngawur sebetulnya. Sebab selain nama DMS, di kalangan politisi internal PG, bahkan politisi partai lain, mulai memperhitungkan nama H Syaefudin SH (Ketua DPRD Indramayu saat ini).

Syaefudin yang sudah menjadi rahasia umum merupakan tokoh muda besutan Yance ini (anak ideologis) disebut-sebut bakal menjadi salah satu figur yang bakal meramaikan persaingan di internal PG itu sendiri.

Memang tidak terlalu mengejutkan, sebab munculnya nama Kang Udin, sapaan akrab Syaefudin, tentu saja bukan ujug-ujug. Entah hanya sekadar sengaja dihembuskan atau tidak, Kang Udin rupanya dianggap sebagai tokoh perekat yang dapat diterima berbagai kalangan bahkan oleh partai pesaingnya.

Artinya, Kang Udin, justru akan menjadi momok bagi lawan-lawannya jika benar ia masuk dalam papan calon bupati diusung PG. Partai lain akan bekerja ekstra keras agar kader dan simpatisan mereka tidak berbalik dukungan untuk Kang Udin. Lagi-lagi ini semua karena Kang Udin selama ini bisa diterma semua “warna”.

Lalu bagaimana peluang Kang Udin. Sekali lagi, ia tidak cukup dengan bermodalkan hanya bisa diterima oleh berbagai kalangan. Sebab seluruh partai memiliki mekanisme administratif yang sama saat memperlakukan calon pimpinan daerah yakni wajib mengantungi surat rekomendasi partai.

Bukan perkara mudah bagi Kang Udin, sebab ia tidak memiliki hubungan emosional yang tajam dengan DPP PG yang memiliki kewenangan memutuskan untuk siapa “surat sakti” (rekomendasi) diberikan.

Karena DPP PG pun tentu saja masih dimungkinkan memberikan semacam reward kepada Yance atas jasanya membesarkan PG Indramayu hingga seperti sekarang. Atau sebaliknya, atas pertimbangan matang DPP PG justru akan menyerahkan mandat kepada Kang Udin untuk maju sebagai Cabup PG.

Kita tunggu saja akhir dari semua permainan politik di Indramayu seperti apa. Yang pasti, semua masih menanti sikap “randu gede” pada bursa pilkada tahun 2020 ini.

Tulisan yang saya buat pun tidak memiliki pretensi apapun, hanya sekadar sedikit membaca konstelasi politik riil yang saat ini terjadi di Kabupaten Indramayu.

Terakhir, semoga hiruk pikuk bursa pilkada ini tetap dibangun secara konstruktif untuk kepentingan rakyat dan mendewasakan demokrasi sesungguhnya. (*/adv)

*Penulis adalah Pemerhati Sosial Dan Politik Tinggal di Indramayu

Tags :
Kategori :

Terkait