Satgas Pemulihan Ekonomi Jabar, Akselerasi Pasca Pandemi

Selasa 14-07-2020,09:15 WIB
Reporter : Yuda Sanjaya
Editor : Yuda Sanjaya

CIREBON - Pemerintah provinsi (Pemprov) Jawa Barat membentuk satuan tugas (Satgas) pemulihan ekonomi Jawa Barat pasca pandemi covid-19.

Untuk mempersiapkan program kerja Satgas, dilakukan dialog ekonomi virtual dengan tema: “Mengantisipasi Dan Mencari Solusi Krisis Ekonomi di Jabar Dampak Pandemi Covid-19”, Senin malam (13/7).

Webinar tersebut dibuka sambutan dari Gubernur Jawa Barat HM Ridwan Kamil. Menghadirkan narasumber Arifin Panigoro (Wantimpres), MS Hidayat (Menteri Perindustrian 2009-2014), Sarwono Kusumaatmaja (Menteri Kelautan dan Perikanan 1999-2001), Paskah Suzetta (Kepala Bappenas 2005-2009).

Paskah Suzetta menuturkan, di Jawa Barat sekarang sedang dibangun beberapa infrasktur strategis seperti ruas jalan tol (Cisumdawu dan Cigatas).

Dia berpesan ketika sudah terbangun tidak hanya untuk lewat mobil saja, atau hanya menghubungkan orang dari Jakarta ke daerah-daerah di kawasan itu saja.

Dia berpesan pada sepanjang jalan itu, dibangun hal-hal yang produktif, misalnya ketika ada tanah kosong segera dibangun areal pendongkrak sektor pertanian. (Proyek strategis) ini harus diimbangi oleh lingkungan yang memadai.

“Sekarang di Jabar yang kosong di tengah jalan tol dibangun sektor pengembang pertanian, investasi, pertanian semua bisa masuk, disiihkan dari APBD Jabar juga bisa karena tidak sekaligus dalam satu tahun anggaran,” tuturnya.

Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Jabar Eddy Iskandar Muda Nasution mengungkapkan, kejadian Covid-19 ini membuat bingung apa yang harus dilakukan, sektor produksi tidak berjalan sebagaimana mestinya, daya beli  menurun drastis. Beruntung, sektor ketahanan pangan di Jabar relatif bisa bertahan.

“Jabar memiliki 900 ribu hektar area produksi pertanian padi. Ketahanan ini penting dikedepankan, karena selama ini banyak import dari negara tetangga. Misalnya Vietnam, yang sudah mulai menutup ekspor pangan untuk mendahulukan kebutuhan dalam negerinya. Dengan potensi ini, jabar bisa bertahan untuk menyuport ketahanan pangan nasional,” tuturnya.

Untuk sektor manufaktur industri harus dipertahankan pada kawasan strategis, seperti Segitiga Rebana di mana ada infrastrukur BIJB dan Pelabuhan Patimban.

Keduanya potensial untuk dkembangkan, karena kawasannya masih hijau belum banyak lahan terbangun industri sebelumnya. “Memang bakal ada konversi lahan, tapi bisa diatasi dengan diversi teknis,” katanya.

Sektor andalan perekonomian kawasan berada pada wilayah Bodebek, Bandung, dan Cirebon diharapkan dapat tumbuh dan berkembang, sehingga disparitas antar wilayah tidak terjadi.

Di Jabar selatan juga punya sektor unggulan berbasis wisata yakni Pelabuhanratu dan Pangandaran, tapi memang di pandemik ini belum bisa diandalkan.

“Tantangannya, populasi ada 50 juta, laju pertumbuhan ekonomi belum berjalan normal, tingkat pengangguran terbukanya juga tinggi. Banyak industri yang belum mengakomodir tenaga kerja lokal. Bahkan, akhir-akhir ini banyak industri yang pindah ke Jateng kawasan Batang. Jenjang pendidikan di Jabar belum memenuhi standar kebutuhan tenaga kerja sector industri yang membutuhkan teknologi,” ujarnya.

Sektor potensial lain di perkebunan adalah kopi, tapi proses produksinya terlalu panjang sehingga keuntunganya kurang maksimal. Unggulan lain, ada gedong gincu di Majalengka dan Indramayu.

Tags :
Kategori :

Terkait