UNTUK memuluskan keinginan perubahan jenis kelamin atau transgender, kebanyak orang melakukan operasi ganti kelamin. Tang tanggung-tanggung biaya yang dikeluarkan pun cukup mahal.
Namun, semahal dan apapun operasi itu, pasti ada risikonya. Entah bentuk kelamin tak sesuai ekspektasi, atau bahkan kegagalan operasi hingga menyebabkan bau tak sedap.
Seperti yang dialami oleh ratu kecantikan transgender asal Thailand ini. Gara-gara ingin tampil sempurna seperti wanita normal, transgender bernama Yolrawee Saisupee ini mengaku mempunyai kelamin yang mengeluarkan bau busuk pasca dioperasi.
Padahal, dia telah mengeluarkan bayaran sebesar 240.000 atau setara dengan Rp111.42 juta, namun hasil operasi tak memuaskan. Alat kelaminnya mengeluarkan bau busuk.
Yolrawee mengatakan dia meminta agar kedalaman alat kelaminnya bisa mencapai 7 inci. Tapi, setelah dioperasi, area kewanitaannya malah berbau busuk, karena darah bercampur dengan nanah.
“Setelah operasi, alat kelamin saya jadi berbau busuk karena berdarah dan keluar nanah. Maka, saya kembali untuk memperbaikinya. Namun, setelah dilakukan perbaikan, alat kelaminku tidak berfungsi dengan benar, dan aku tidak bisa pergi ke toilet,” tutur Yolrawee seperti dilansir dari dailystar.
Gara-garanya, sang pacar terpaksa meninggalkannya. “Setelah operasi saya menemukan bahwa alat kelamin saya hanya tiga inci (dalamnya) dan itu membuat pacar saya frustrasi dan menyebabkan kami putus,” jelas Yolrawee.
“Saya kesulitan tidur sejak pacar pergi. Saya telah menghabiskan banyak uang untuk operasi ganti kelamin ini supaya bisa menjadi seorang wanita, tetapi ternyata sebaliknya,” tambah dia.
Operasi kelaminnya dilakukan di sebuah klinik di Bangkok pada bulan April tahun 2019 lalu, tetapi hasilnya gagal. Dia pun akan menuntut klinik tersebut.
Sang pencara Ronnarong Kaewphetch mengatakan akan menangani kasus ini dan yakin bahwa Yolrawee akan menerima kompensasi.
“Tetapi jika negosiasi tidak dapat diselesaikan, kami akan membawa masalah ini ke dewan perlindungan konsumen. Saya percaya bahwa klinik akan berkompromi dan membayar kompensasi untuk menyelamatkan reputasi mereka,” kata Ronnarong. (dal/fin).