Bagi Bubur Harisah dan Kopi Jahe, Tradisi Warga Keturunan Arab

CIREBON -  Ada yang berbeda di kawasan kampung Arab Kota Cirebon saat bulan Ramadan. Ya, saat Ramadan tiba warga keturunan Arab di Kota Cirebon bagi-bagi bubur harisah dan kopi jahe. Seperti halnya yang dilakukan Muhammad Bayasut, warga Pekarungan Kota Cirebon. Menurutnya, bubur harisah dibuat dari resep turun-temurun yang diperoleh dari kakeknya, Sceh Mohamad Islam Bayasut. Ia terus menjalankan tradisi sebagaimana yang dilakukan kakeknya membagikan bubur ini hingga berlangsung ke generasi ketiga. Muh menjelaskan nama harisah merupakan bahasa Arab yang berarti penjaga, memiliki makna bahwa pembuatan bubur ini untuk menjaga tradisi. Konon, ujar Muh dahulu kakeknya yang juga pendiri Masjid Assyafii ini, melihat banyaknya musafir (orang yang dalam perjalanan) melaksanakan salat Magrib berjamaah di bulan Ramadan. Sehingga almarhum kakeknya terenyuh untuk membuatkan bubur dan kopi jahe sebagai jamuan untuk para jamaah dan musafir. “Bubur-bubur tersebut juga dibagikan ke para tetangga dan warga sekitar. Ya, bubur harisah memang selalu ditunggu oleh warga sekitar sebagai salah satu santapan berbuka puasa,” paparnya. Bubur harisah, lanjut dia dibuat dengan bumbu campuran rempah-rempah pilihan yang dihaluskan dan dimasak, sehingga aromanya sangat terasa. Dimasak sekitar satu jam lebih. Di mana, beras yang sudah dicuci dimasukan lalu diaduk dengan santan dan daging kambing yang telah dimasak sebelumnya. Biasanya Muh mulai memasak bubur harisah pukul 14.00 WIB dan matang setelah bakda Asar. Tiap hari menjelang berbuka ia selalu memasak bubur harisah. Satu hari bisa ditakar sekitar tiga kilo beras, yang menghasilkan bubur ukuran satu panci besar. Sebagai takjil, Muh juga membuatkan kopi jahe untuk jamaah Masjid Assyafii. Kopi jahe ini dibuat dari beberapa bahan seperti kopi bubuk, jahe, sereh, kayu manis, kapulaga dan cengkeh ditambah campuran gula merah sebagai pemanis. “Meminumnya dengan buah kurma akan sangat cocok,” paparnya. (jml)