Bebas, Tapi Tetap Banyak Risiko

Kamis 14-10-2010,07:36 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Pasca Penyelamatan 33 Penambang yang Terjebak COPIAPO - Setelah penantian panjang, evakuasi bersejarah di tambang emas dan tembaga San Jose di dekat Kota Copiapo, Atacama Region, Cile, berlangsung kemarin (13/10). Harapan Presiden Sebastian Pinera menyaksikan evakuasi 33 pekerja tambang Cile sebelum bertolak ke Eropa besok (15/10) pun terwujud. Tapi, proses yang jauh lebih panjang telah menanti. \"Ada banyak sekali risiko yang harus dihadapi,\" kata Davitt McAteer, pakar keselamatan pertambangan yang menjabat direktur Kesehatan dan Keselamatan Pertambangan Amerika Serikat (AS) pada era Presiden Bill Clinton. Bukan hanya kendala teknis yang dia khawatirkan, tapi juga gangguan kesehatan. Apalagi, mengevakuasi banyak orang dari kedalaman sekitar 700 meter di perut bumi seperti yang terjadi di Cile adalah yang pertama di dunia. Karena itu, McAteer mengajak masyarakat internasional mendoakan kesuksesan evakuasi. Sebab, seluruh persiapan teknis sudah tuntas dan sempurna. \"Anda bisa saja menjadi sehat dan beruntung. Sejauh ini, para pekerja tambang itu sudah membuktikan bahwa mereka sehat dan beruntung. Mari berharap keberuntungan tersebut bertahan, paling tidak sekitar 33 jam,\" ujar dia. Berada dalam kapsul penyelamat Phoenix selama sekitar 15-20 menit bisa membuat para pekerja tambang gelisah. Itulah yang paling dikhawatirkan oleh tim penyelamat. \"Klaustrofobia bisa menyerang tiap korban. Yang bersangkutan pasti dilanda kepanikan akut. Selanjutnya, keseimbangan kapsul akan terganggu dan evakuasi bisa terhambat,\" terang Andre Sougarett, ketua tim penyelamat, kepada Associated Press. Kendati demikian, para pekerja tambang yang terjebak sejak 5 Agustus lalu itu tetap dibiarkan sadar. Tim penyelamat sengaja tidak memberikan obat bius untuk membuat mereka tetap tenang sekitar seperempat jam dalam kapsul penyelamat Phoenix. \"Mereka harus tetap terjaga. Siapa tahu ada kondisi darurat yang perlu mereka tangani dari dalam kapsul,\" ungkap Sougarett. Untuk mendeteksi kepanikan, tim penyelamat sengaja memasang kamera video dalam kapsul. Selain itu, setiap pekerja tambang dibekali masker oksigen dan alat komunikasi dua arah. Untuk mencegah pembekuan darah tiba-tiba selama evakuasi, 33 pria tersebut diwajibkan mengonsumsi aspirin sebelum masuk ke kapsul. Kaus kaki anti tekanan udara juga menjadi perlengkapan wajib mereka. Faktor luar yang juga dikhawatirkan oleh tim penyelamat adalah guncangan. \"Bisa saja tiba-tiba sebuah batu jatuh dan menghambat jalannya evakuasi. Guncangan yang cukup keras bisa saja memacetkan kabel dan alat pengerek yang menarik Phoenix,\" terang dia. Karena itu, dia menolak permintaan penambahan kecepatan kapsul menjadi 3 meter per detik dari Menteri Kesehatan Cile Jaime Manaliget. Selain memicu guncangan, kapsul yang ditarik terlalu cepat akan membuat alat pengerek terlalu panas. Jika alat pengerek yang terlewat panas terus bergesekan dengan kabel, Sougarett mengkhawatirkan kabel yang menarik kapsul tersebut justru putus. Karena itu, tiap kali selesai menarik seorang korban dari perut bumi, tim penyelamat mengistirahatkan seluruh peranti evakuasi tersebut sekitar satu jam. Berbeda dengan pakar AS dan ketua tim penyelamat yang masih menyimpan kekhawatiran, Menteri Pertambangan Cile Laurence Golborne sangat optimistis. Dia yakin bahwa evakuasi yang diperkirakan makan waktu dua hari itu berjalan lancar. Sebab, semuanya sudah diperhitungkan dengan matang. \"Tidak perlu cemas dan menduga-duga kesalahan apa yang akan terjadi. Tugas berat itu sudah kami lakukan,\" terang dia. Diramalkan bertahan dalam perut bumi sampai Natal, 33 pekerja tambang Cile itu bisa menghirup udara bebas jauh lebih cepat. Dalam hitungan jam, pengiriman makanan cair berkalori tinggi yang secara khusus diracik tim diet NASA pun bakal berakhir. Makanan ala astronot itulah yang membuat mereka tidak muntah selama berada di kapsul yang berputar-putar 10-12 kali selama perjalanan menuju permukaan bumi. Pada bulan-bulan pertama kehidupan mereka pasca terperangkap di perut bumi, para pekerja tambang tersebut akan didampingi tim psikolog dan ahli jiwa. \"Pengalaman buruk terjebak di perut bumi berpotensi menghantui kehidupan mereka. Selama adaptasi lagi dengan kehidupan normal, para pekerja tambang itu juga bisa terserang sindrom kecemasan berlebih dan insomnia,\" terang Olegario Hernandez, psikolog andal Cile. (hep/c11/dos)

Tags :
Kategori :

Terkait