Ok
Daya Motor

Potensi Gelombang Tinggi-Cuaca Ekstrem, Nelayan Indramayu Diminta Waspada

Potensi Gelombang Tinggi-Cuaca Ekstrem, Nelayan Indramayu Diminta Waspada

Plh Kepala Stasiun Meteorologi Kertajati Syifa’ul Fuad Alhamidi SSi mengingatkan nelayan di Pesisir Pantura seperti Indramayu agar mewaspadai potensi gelombang tinggi satu sampai dua bulan kedepan.-Anang Syahroni-Radar Indramayu

INDRAMAYU, RADARCIREBON.COM - Nelayan INDRAMAYU diminta untuk waspada selama melaut, potensi gelombang tinggi dan cuaca ekstrem bisa mengancam sewaktu-waktu.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), telah mengeluarkan peringatan tentang prediksi cuaca yang terjadi di laut pantai utara (Pantura). 

Meskipun secara umum wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau, namun gangguan cuaca berskala global, regional, dan lokal masih terjadi dan dapat memicu hujan.

Hal itu diungkapkan Plh Kepala Stasiun Meteorologi Kertajati, Syifa’ul Fuad Alhamidi SSi, belum lama ini.

BACA JUGA:Ngaku Sudah Tahu Risikonya, Kuli dan Sopir Truk Protes Galian C Argasunya Cirebon Ditutup

BACA JUGA:Calon Kuat Ketua Apdesi Majalengka Mengarah ke Kades Panjalin Kidul

Menurut Fuad, para nelayan di perairan Pantura, khususnya di wilayah Indramayu, Cirebon, hingga Subang, untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi gelombang tinggi dan cuaca ekstrem.

Musim peralihan dari hujan ke kemarau, sebutnya, biasanya disertai dengan cuaca ekstrem seperti angin kencang dan petir yang bisa bersifat merusak. 

"Risiko bencana hidrometeorologi pun masih harus diwaspadai," ujar Syifa’ul Fuad Alhamidi dikutip dari Koran Radar Cirebon.

Ia menambahkan, meski curah hujan diperkirakan mulai berkurang, potensi hujan ringan hingga sedang masih akan berlangsung selama satu hingga dua bulan ke depan, namun dengan durasi yang relatif singkat.

BACA JUGA:Gebyar Kesejahteraan Sosial Dinsos Meriah

BACA JUGA:Aksi Penyampaian Aspirasi Buruh Pasir Pasca Penutupan Galian C, Babinsa Dampingi Lurah Argasunya Pastikan Aman

Dirinya menyebutkan, saat ini tengah terjadi kemarau basah, dimana kondisi ketika jumlah hujan lebih dominan daripada hari tanpa hujan. 

"Namun untuk saat ini, di wilayah Jawa dan Sumatera, hujan juga mulai jarang terjadi. Maka, gangguan cuaca yang terjadi bisa dikategorikan sebagai skala lokal atau regional," jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: