Kebijakan Larangan Study Tour Jadi Angin Segar Pariwisata Cirebon
Dr Harmono SH MH-Abdullah-radarcirebon
CIREBON, RADARCIREBON.COM -Kebijakan Gubernur Jabar Dedi Mulyadi melarang study tour bagi para pelajar. Menuai sorotan.
Akademisi Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon, Dr Harmono SH MH menilai Kebijakan Gubernur Jawa Barat yang melarang pelaksanaan study tour ke luar provinsi mulai tahun ini memang sempat menimbulkan polemik.
Namun di balik kontroversinya, kebijakan ini justru membuka peluang besar bagi daerah, khususnya Cirebon, untuk menghidupkan kembali denyut pariwisata lokal, terutama wisata budaya dan religi, dan sekaligus menjadi sarana pendidikan karakter bagi siswa.
Alih-alih sekadar membatasi, kata Harmono, larangan study tour keluar daerah dapat dimaknai sebagai ajakan untuk melihat ke dalam pada kekayaan sejarah, budaya, dan potensi ekonomi lokal yang selama ini terpinggirkan oleh destinasi-destinasi luar daerah.
BACA JUGA:Kolaborasi Daihatsu Bersama Modifikator Lokal, Hadirkan Mobil Eksklusif Satu-satunya di Indonesia
“Cirebon, sebagai kota tua yang menyimpan warisan besar Kerajaan Islam di Jawa Barat, sesungguhnya memiliki semua elemen untuk menjadi pusat edu-wisata di kawasan Ciayumajakuning,” ujar Dekan Fakultas Hukum UGJ.
Cirebon, menurut Harmono, adalah Surga Edu-Wisata yang Terlupakan. Objek-objek wisata seperti Keraton Kasepuhan, Kanoman, dan Kacirebonan. Makam Sunan Gunung Jati, serta Masjid Agung Sang Cipta Rasa bukan hanya sekadar destinasi, melainkan ruang belajar yang hidup.
Di tempat-tempat ini, para pelajar dapat belajar tentang sejarah kerajaan Islam, akulturasi budaya Jawa-Sunda-Tionghoa, hingga nilai-nilai toleransi dan dakwah Walisongo.
Harmono menjelaskan, Kegiatan wisata edukatif tidak berhenti di sana. Sentra batik Trusmi, kuliner khas Cirebon seperti empal gentong dan nasi jamblang, serta kerajinan rotan dan lukisan kaca bisa menjadi wahana pendidikan ekonomi kreatif dan kewirausahaan bagi siswa.
BACA JUGA:Nikmati Pohon Cemara di Pinggir Pantai, Tempat Liburan Murah di Indramayu
“Sayangnya, potensi luar biasa ini belum dikemas dengan pendekatan kurikuler yang sistematis,” tegasnya.
Pelarangan study tour ke luar provinsi, seharusnya menjadi momentum menyusun paket wisata edukatif lokal yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga membentuk karakter dan kecintaan pada daerah sendiri.
Menurut Harmono, Daerah lain telah lebih dahulu membuktikan bahwa wisata lokal bisa mendidik sekaligus membanggakan. Di Jepara, siswa-siswa dari berbagai jenjang rutin diajak mengunjungi Museum Kartini dan sentra ukir lokal untuk belajar sejarah dan keterampilan. Program ini bahkan diintegrasikan ke dalam penilaian akhir semester.
Yogyakarta juga menjadi contoh sukses pengelolaan wisata edukatif. Destinasi seperti Keraton Yogyakarta, Taman Sari, Museum Dirgantara, dan berbagai situs budaya dikemas dalam kunjungan edukatif yang melibatkan pemandu lokal profesional, lembar kerja siswa, hingga presentasi kelompok pasca-kunjungan.
BACA JUGA:Yamaha Cup Race di Titik Nol Tanjung Bira, Atmosfer Race Tourism di Bulukumba Sulsel
Maka dari itu, Saatnya Cirebon Bergerak, dan Kunci dari keberhasilan ini ada pada sinergi antara pemerintah daerah, sekolah, komunitas budaya, dan pelaku pariwisata. Beberapa langkah konkret yang dapat segera dilakukan antara lain, Penyusunan paket Edu-Wisata Cirebon bertema sejarah, religi, dan budaya.
Pelibatan UMKM lokal dalam penyediaan jasa, produk, dan cinderamata. Pelatihan pemandu wisata lokal dengan pendekatan edukatif yang ramah anak. Penyelarasan kegiatan wisata dengan kurikulum pendidikan.
Tak kalah penting, momen ini harus dimanfaatkan untuk menanamkan kebanggaan daerah kepada generasi muda. Karena bagaimana mungkin mencintai Indonesia jika tidak kenal dengan sejarah dan budaya kampung halaman.
Untuk itu, menurut Harmono, Larangan study tour ke luar provinsi bukan akhir dari kegiatan belajar siswa, justru ini adalah awal kebangkitan wisata edukatif lokal.
BACA JUGA:Sedang Dilelang, Proyek Penataan Stadion Watubelah Sumber
Dengan semangat kolaborasi dan inovasi, Cirebon memiliki peluang besar menjadi destinasi utama wisata pelajar di Jawa Barat. “Mari jadikan momentum ini sebagai gerakan bersama: membangun karakter, ekonomi, dan kebanggaan daerah,” pungkas Pembina Yayasan Pemberdayaan Masyarakat Humanika Cirebon. (Abd)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


