Potensi Tragedi Global di Perang Iran dan Israel
Direktur Paramadina Graduate School of Diplomacy (PGSD) Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam PhD.-Foto: Istimewa-radarcirebon.com
BACA JUGA:Ketua KONI Kota Cirebon Handarujati Resmi Dilantik, Langsung Fokus Hadapi BK Porprov
Ia menambahkan bahwa fenomena ini menunjukkan pergeseran orientasi politik dunia Islam yang kini lebih dikendalikan oleh pertimbangan geopolitik ketimbang solidaritas keumatan.
Yang lebih mengkhawatirkan, menurut Umam, beberapa negara yang telah menormalisasi hubungan dengan Israel bahkan menoleransi dan memfasilitasi serangan terhadap Iran, termasuk melalui pembiaran wilayah udaranya.
“Persepsi ancaman telah bergeser signifikan. Banyak negara Islam yang dulu memandang Israel sebagai ancaman, kini justru melihat Iran sebagai ancaman utama—akibat masuknya pengaruh kekuatan besar dunia dan logika keamanan yang diorkestrasi oleh Barat,” jelasnya.
Karena itu, menurutnya, dunia internasional—khususnya Amerika Serikat—harus mendorong de-eskalasi dan membuka jalur diplomatik multilateral yang adil dan setara.
“Kekuatan politik di internal Partai Republik seharusnya bisa meyakinkan Presiden Trump agar Amerika tidak terus memanjakan Israel,” ujar Umam. “Amerika harus menggunakan kekuatan diplomatiknya untuk memimpin dunia menuju perdamaian.”
Jika perang Iran–Israel tidak segera dikendalikan, lanjutnya, konflik ini dapat menjelma menjadi salah satu tragedi terbesar abad ini.
“Bukan hanya bagi Iran dan Israel, tapi juga bagi seluruh umat manusia,” tegasnya.
Menutup pernyataannya, Umam mengingatkan pentingnya belajar dari sejarah. “Perang Dunia I dan II disulut oleh strategic miscalculation akibat benturan ego para pemimpin dunia.
BACA JUGA:Perkuat Kamtibmas di Desa, Kapolresta Cirebon Berikan Arahan Ini ke Bhabinkamtibmas
Kini kita menghadapi ancaman yang sama. Dunia harus mencegah terjadinya eskalasi lebih luas agar tidak terjadi Perang Dunia ketiga,” ujarnya.
“Dalam dunia yang kian terpolarisasi, kemenangan sejati bukan pada dominasi militer, tapi pada keberanian berdialog dan keikhlasan membangun kepercayaan di atas reruntuhan ketakutan dan kebencian lama.”
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


