Keluarga Korban Pesimistis Temukan 11 Penambang

Keluarga Korban Pesimistis Temukan 11 Penambang

YUZHOU - Ledakan di tambang batu bara Pingyu Coal & Electric, Sabtu (16/10) masih menyisakan duka. Sebanyak 21 orang dinyatakan tewas saat ledakan terjadi. Kemarin, tim penyelamat menemukan lima jenazah lagi untuk “menggenapi” jumlah korban tewas menjadi 26 nyawa. Sementara itu, tim penyelamat juga menyatakan pesimistis mengevakuasi 11 penambang batu bara lagi yang masih dinyatakan hilang. Drama penyelamatan bencana tambang itu dilaksanakan saat dunia sedang merayakan sukses Cile mengangkat 33 penambang yang terjebak di bawah tanah selama 69 hari. Bahkan, media Tiongkok pun ikut mengabadikan detik-detik penyelamatan yang terjadi di belahan dunia lain tersebut. Kemarin, Du Bo, wakil kepala badan penyelamatan setempat, mengakui pesimismenya. “Berdasar pengalaman sebelumnya, sebelas penambang itu bisa jadi sudah terkubur oleh debu tambang. Jadi, peluang mereka selamat tipis sekali,” kata Du kepada Xinhua. Para penyelamat harus membersihkan berton-ton debu batu bara yang menutupi lubang ke arah pertambangan tempat para pekerja terjebak. Selain itu mereka harus menghadapi bahaya tingginya kandungan gas dan longsornya bebatuan saat membuka jalan menuju tambang. Hasil penyelidikan awal menyebutkan bahwa 175.500 kubik meter gas menyembur keluar. Kekuatan ledakan tersebut cukup untuk memuntahkan 2.500 ton debu tambang hingga menutupi jalur menuju ke pertambangan. “Untungnya, tidak ada lagi ledakan gas. Kalau saja terjadi, konsekuensinya akan menjadi bencana besar,” tambah seorang pekerja penyelamatan bernama Wang, seperti dikutip Xinhua. Wang sendiri meyakini bahwa seluruh korban sudah mati lemas akibat menghirup gas. Ledakan di tambang terjadi ketika para pekerja mengebor jalur pembuangan tekanan gas dari dalam tambang. Lubang tersebut sebenarnya dibuat untuk memperkecil risiko ledakan. David Feickert, seorang ahli keselamatan tambang dan penasihat Tiongkok menjelaskan bahwa mengeluarkan gas dari dalam tambang batu bara memerlukan tingkat kecermatan tinggi. “Bisa terjadi ledakan gas yang akan meruntuhkan dinding atap tambang,” jelasnya. “Dalam kasus ini, mereka harus merevisi konsep menguras gas dari dalam tambang. Karena pasti ada kantong-kantong gas yang lebih besar dari yang mereka perkirakan,” tandasnya seperti dilansir Associated Press. (AP/dos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: