Masker Pelindung Manusia dari Virus
KEDISIPLINAN masyarakat terhadap penegakan protokol kesehatan adalah kunci utama dalam menekan penularan COVID-19. Hal ini sangat penting dan harus terus dikampanyekan. Sehingga masyarakat memahami pentingnya protokol kesehatan selama masa pandemi Corona.
“Kunci paling utama adalah 3M (Memakai Masker, Mencuci Tangan, Menjaga Jarak). Dengan disiplin 3M, penyakit menular bisa dicegah. Rute penularan dari saluran napas. Karena itu, yang dilindungi adalah pernapasan dengan masker,” kata Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Achmad Yurianto di Jakarta, Kamis (15/10).
Menurutnya, sinergi antara penanganan kesehatan di hulu dan hilir harus sama-sama kuat. Pada sisi hulu, masyarakat harus dilibatkan secara aktif melalui pemberdayaan. Tujuannya guna meningkatkan kesadaran akan kegiatan promotif preventif.
Sementara di sisi hilir, pemerintah menyiapkan sistem kesehatan terpadu guna mengantisipasi terjadinya lonjakan pasien. “Masyarakat wajib menerapkan 3M. Saya menyebutnya 3W. Yakni wajib pakai masker, wajib menjaga jarak, dan wajib mencuci tangan pakai sabun,” terang Yurianto.
Banyaknya kasus terkonfirmasi positif Corona merupakan gambaran belum optimalnya penerapan 3M di seluruh tatanan kehidupan. Masih banyak masyarakat yang enggan memakai masker. Ada juga yang memakai masker tetapi tidak benar. “Seperti meletakkannya di dagu. Lalu tidak menutupi hidung serta mulut secara keseluruhan,” imbuhnya.
Kendati COVID-19 mudah menular, Yurianto berpendapat prinsipnya hampir semua virus bersifat self-limiting disease. Yakni dapat sembuh dengan sendirinya. Dia menyebut kunci agar pemulihan dapat berlangsung dengan cepat. Yaitu menjaga dan meningkatkan imunitas tubuh.
Obat-obat tertentu hanya diberikan kepada pasien dengan penyakit penyerta (komorbid). Tujuannya untuk mengontrol penyakitnya. Karena itu, Yurianto berharap pandemi COVID-19 dapat dijadikan momentum meninggalkan pola hidup lama menjadi gaya hidup baru.
“Meski nanti vaksin telah ditemukan, pola baru dengan gaya hidup sehat harus selalu diterapkan. Vaksin hanya melindungi dari kemungkinan sakit. Tetapi tidak melindungi dari kemungkinan terpapar virus. Yang melindungi kita dari paparan virus adalah masker,” ucapnya.
Untuk menciptakan kekebalan komunitas setidaknya vaksinasi harus dilakukan kepada 165 juta orang. Vaksinasi dilakukan sebanyak dua kali kepada setiap orang. Sehingga dibutuhkan 330 juta vaksin. “Tidak bisa dipenuhi semua. Namun perlahan karena yang butuh vaksin semua negara. Dari 330 juta itu baru bisa tercapai seluruhnya sekitar Januari 2022,” tutur Yuri.
Dia menerangkan hingga kini belum diketahui secara pasti berapa lama kekebalan tubuh terhadap COVID-19 bisa terbentuk. Namun para ahli memperkirakan kekebalan akan didapatkan dalam enam sampai 24 bulan pascavaksinasi.(rh/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: