Siram Bensin

Siram Bensin

Tapi Rudy ngotot akan membawa Pilpres ini ke pengadilan. Kalau perlu sampai Mahkamah Agung Federal. \"Kami ini bukan orang bodoh. Bukan gebleg,\" tulis Rudy di twitter-nya.

Kini Rudy Giuliani berusia 76 tahun. Citra pribadinya sudah jauh dari seorang pahlawan Amerika. Kini ia tinggal menjadi pahlawan keluarga Trump.

Karakter pribadi memang menentukan citra seseorang. Ia pernah jadi pahlawan karena peristiwa di luar perencanaannya. Dan ia memang sigap. Tapi setelah itu ia menghargai namanya terlalu tinggi.

Setelah jadi pahlawan 11/9 itu ia hanya mau diundang ceramah kalau dibayar Rp 1,5 miliar sekali tampil. Itu pun harus dijemput dengan jet pribadi (pesawat carter). Pesawatnya pun tidak boleh tidak Gulfstream. Itu pun paling tidak yang type Gulfstream IV.

Dalam waktu enam tahun, sejak itu, ia bisa mengumpulkan honor Rp 50 miliar, menjadi anggota klub di mana-mana dan rumahnya enam buah. Begitulah harian The Guardian London menulis tentang Rudy.
Tapi ia memang ahli hukum yang hebat. Ia akan membuat sejarah baru di Amerika: memenangkan capres yang sudah kalah. Sekaligus ia memberikan contoh hidup secara bukan Amerika.

Sejak mahasiswa saya selalu membanggakan tradisi demokrasi di Amerika: yang kalah segera menelepon yang menang. Sebagai tanda menerima kekalahan dengan gentleman. Sekaligus mengucapkan selamat atas kemenangan lawannya.

Diskusi-diskusi demokrasi di kalangan aktivis mahasiswa selalu menceritakan tradisi sang sangat Amerika itu. Pun Al Gore. Malam itu, di tahun 2000, ia sudah mengucapkan selamat pada George Bush. Padahal suara penentu masih dihitung.
Memang Al Gore sempat menggugat kekalahannya yang hanya 600-an suara. Tapi kemudian juga langsung mengaku kalah.

Al Gore, capres dari Demokrat itu, memang pernah menggugat. Tapi Al Gore akhirnya bikin putusan di luar pengadilan: mengakui kemenangan George W. Bush dan mengucapkan selamat padanya.

Tahun 2020 ini Trump tidak hanya kalah tipis. Kekalahannya terjadi di lima negara bagian penentu: yang empat tahun lalu ia menang. Sebaliknya tidak satu pun negara bagian yang dulu ia kalah kini ia menang.
Sudah seperti itu pun Trump masih akan menggugat.

Belum lagi secara \'\'suara nasional\'\' pun Trump juga kalah. Tetap saja masih menggugat.

Tapi siapa tahu itu hanya gertak sambal. Siapa pula yang tahu kalau Senin pagi-pagi besok Trump tampil di twitternya: mengucapkan selamat pada Biden.
Tanda-tanda untuk itu bukan tidak ada.

Tadi malam sudah  terlihat ada trailer besar parkir di Gedung Putih. Istri Trump yang kelihatannya mulai berkemas untuk mencicil boyongan dari Gedung Putih.
Bersamaan dengan itu kini beredar lagi di medsos lagu terkenal New York New York. Untuk mengejek Trump yang harus meninggalkan New York.

Rasanya itu video tahun lalu. Ketika Trump frustrasi pada jaksa New York. Yang terus mengejar-ngejar pajaknya.

Trump pilih pindah ke Mar-a-Lago di Florida. Alamat resminya pun pindah ke Florida itu. Tapi video itu bertambah mengena diputar sekarang ini. Tentu video itu juga bisa membuat suporter Trump kian marah.

Sekarang ini mulai muncul grup di Facebook dengan nama  \"Hentikan Pencurian Suara\" (Stop the Steal).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: