Siram Bensin

Siram Bensin

Anggotanya bertambah terus. Sudah mencapai 350.000 orang.

Lalu Facebook membekukan grup itu. Isinya sangat membahayakan. Terutama karena tanpa dasar mau pun bukti.

Itulah grup Facebook yang tidak rela atas kekalahan Trump. Itu masih lebih baik daripada melakukan tindakan kekerasan fisik.

Masalahnya: begitu satu grup dibekukan langsung muncul nama grup baru. Misalnya \"STS. 2.0\". STS singkatan dari nama lama grup yang dibekukan itu. Anggotanya langsung 100.000 dan masih naik terus.

Rasanya grup STS 2.0 juga akan dibekukan. Isinya sudah mulai membayangkan perlunya perang sipil lagi.

Bahkan polisi Philadelphia, kota terbesar di Pennsylvania, sudah menangkap dua orang. Indikasinya: akan meledakkan tempat penghitungan suara.

Dalam situasi seperti ini yang diperlukan adalah peredaan ketegangan. Itulah sebabnya Joe Biden belum mau mendeklarasikan kemenangan. Kemarin Biden memang tampil di podium, tapi nadanya sangat mendinginkan.

Cawapresnya, Kamala Harris, berada di samping podium. Berarti selama hari-hari penentuan ini Kamala berada di Welmington, kota terbesar di Delaware, yang juga tempat tinggal Biden.

Di kubu Partai Republik sendiri sudah semakin banyak tokoh yang tidak simpati pada cara yang akan ditempuh Trump yang \'\'tidak Amerika\'\' itu. Mereka tidak lagi berada dalam satu perahu dengan Trump.

\"Trump itu kok justru menyiramkan bensin terus,\" ujar seorang tokoh Republik.
Memang, selama Trump jadi presiden, harga bensin di Amerika murah. (dahlan iskan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: