Dampak Globalisasi Terhadap Peserta Didik Sekolah Dasar

Dampak  Globalisasi Terhadap Peserta  Didik Sekolah Dasar

ERA globalisasi tidak bisa di tebak. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan, kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa-bangsa di seluruh dunia (Edison A. Jamli, 2005).

Dualitas fokus analisis Back dan Giddens, mengingatkan pada Chirot (dalam Piötr Sztompka, 2004: 101) mengenai saling tergantungnya antar negara yang menggelobal, bahwa “tidak ada satu negara pun di dunia yang mampu mencukupi kebutuhannya sendiri” sebagai risiko pada tatanan makro yang juga pasti berimbas pada tatanan mikro, maka tentu saja setiap negara harus membentuk masyarakat terdidik karena adanya risiko yang tidak dapat diprediksi, hal ini harus dijawab oleh pendidikan di setiap negara sebagai ‘warga desa global’.

Kita memasuki dunia yang serba cepat, semua aspek kehidupan dituntut untuk serba bisa. Mulai dari aspek sosial, ekonomi dan terutama pendidikan, sehingga guru, peserta didik dan semua elemen yang berperan dalam bidang pendidikan harus siap dengan perubahan yang sewaktu-waktu berubah dan menuntut kita untuk mengikuti perkembangannya. Maka tak ada alasan lain untuk “tidak bisa” sehingga semua elemen pendidikan bisa mengikuti perkembangan globalisasi.

Aspek pendidikan mulai dituntut untuk menggunakan gadget/ smart phone dalam pembelajarannya. Baik peserta didik maupun guru yang tidak bisa mengembangkan dan menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi maka akan tertinggal. Berangkat dari hal tersebut, maka guru-guru yang sudah hampir pensiun dan memasuki masa lansia dituntut untuk bisa menggunakan shmartphone dan memanfaatkan teknologi dengan sebaik dan semaksimal mungkin.

Mengingat dunia yang semakin canggih dan terus berkembang. Di era globalisasi ini, peserta didik yang notabanenya masih anak-anak juga harus bisa mengoperasikan gadget dengan bantuan orang tua. Semua jenjang pendidikan, dari SD sampai bangku perkuliahan pendidikannya diberikan dalam bentuk tatap maya atau dalam jaringan. Perubahan dan perkembangan teknologi di era globalisasi ini sangat terasa dan kentara. Sehingga kita harus siap dalam berbagai kondisi.

Seperti yang kita ketahui, bahwa ilmu pendidikan dalam konteks era globalisasi adalah suatu kumpulan ilmu pengetahuan yang tersusun secara sistematis yang memiliki metode-metode tertentu yang ilmiah untuk menyelidiki, investigasi, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan bantuan atau didikan yang di berikan oleh orang yang dewasa kepada orang yang belum dewasa untuk mencapai kedewasaannya dalam rangka mempersiapkan generasi milenial guna mencapai hidup dan kehidupan yang lebih baik agar bermakna bagi dirinya, masyarakat, bangsa, negara berdasar pancasila dan undang-undang dasar 1945.

Tugas guru sebagai pengemban ilmu pendidikan dalam undang-undang guru dan dosen, nomer 14 tahun 2005 dikatakan ada 7 tugas utama guru, yaitu mendidik, mengajar membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengarahkan peserta didik.

Guna menyikapi tantangan globalisasi yang di tandai dengan adanya kompetensi global yang sangat ketat dan tajam dibeberapa negara telah berupaya untuk melakukan revitalisasi pendidikan. Revitalisasi ini termasuk pula dalam hal perubahan paradigma kepemimpinan pendidikan, terutama dalam hal pola hubungan atasan bawahan yang semula bersifat hierarkis-komando menuju kearah kemitraan bersama.

ketika dunia pendidikan di goncang dengan adanya virus covid-19 yang awalnya menyebardi china, semua terasa menjadi semakin terbatas, pendidikan yang harusnya dilakukan tatap muka menjadi daring (dalam jaringan), sehingga menuntut seluruh peserta didik untuk mempunyai gadget, dari mulai sekolah di kota hingga di desa tak di perbolehkan tatap muka guna mengurangi penyebaran virus ini.

Dampak globalisasi semakin terasa, yakni dengan adanya gadget pembelajaran bisa dilakukan melalui google meeting, zoom, WAG dan lainnya. Guru bisa mengirimkan seluruh materi pelajaran via Smartphone dan membuat evaluasi pembelajaran dengan berbagai aplikasi. Sehingga memudahkan peserta didik dalam pengerjaannya, karena biasanya hanya klik link yang dibagikan peserta didik langsung diarahkan untuk mengerjakan soal.

Di samping itu, banyak juga dampak negatif yang mengintai, seperti pemanfaatan media atau kecanggihan teknologi untuk meraup keuntungan bagi oknum-oknum tertentu  dengan mengatasnamakan “pendidikan” serta pemanfaatan gadget yang tidak semestinya dilakukan oleh peserta didik, yaitu untuk game terus dengan mengabaikan tugas-tugas yang diberikan guru. Maka disini perlu peran orang tua untuk mengawasi anak dalam penggunaan gadget dan pembatasan pemakaian gadget perlu dilakukan.

Paradigma tentang rapuhnya pendidikan di indonesiapun tak luput dari perhatian, karena semakin kesini pendidikan hanya mementingkan dan memberatkan satu sisi, sedangkan sisi agama dikesampingkan. Sehinga sebagian peserta didik ada yang tidak menghormati gurunya, karena mulai lunturnya moral dan adab. Mahalnya biaya pendidikan juga menjadi salah satu aspek penting yang membuat dunia pendidikan kita semakin tercoreng, banyak yang beranggapan bahwa pendidikan yang didapatkan tidak sesuai dengan apa yang dikeluarkan. Hal tersebut, bisa menjadi salah satu penyebab rendahnya mutu sumber daya alam yang ada. Maka Penyesuaian Pendidikan Indonesia di Era Globalisasi sangat perlu dilaksanakan, dari pendidikan keluarga sampai pendidikan formal, serta pemanfaatan teknologi harus dilakukan sebagaimana mestinya, jangan keluar dari koridor yang ditetapkan, misalnya untuk bermain game.

Semoga dampak globalisasi yang positif dapat terus di laksanakan di dunia pendidikan, khususnya oleh guru dan peserta didik selaku pemeran utama dalam bidang pendidikan, sedangkan dampak negatif dari globalisasi dapat terus ditekan, sehingga meminimalisir kejadian yang tidak diinginkan dalam dunia pendidikan.(*)

Penulis; Desriyati (Guru SDN II Karanganyar)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: