Kondisi Darmaloka Memprihatinkan
DARMA - Kondisi Balong Kramat Darmaloka, Kecamatan Darma saat ini sangat memprihatinkan. Objek wisata yang dikelola Pemerintah Desa (Pemdes) Darma itu tak mampu menambah sarana atau memelihara bangunan yang sudah ada. Selain minim anggaran, juga tidak ada perhatian dari pemerintah daerah. Akibatnya, balong kramat peninggalan masa lalu itu nyaris tak terurus. Padahal balong ini kerap dikunjungi peziaran dari berbagai daerah. “Kalau dikelola dan diperhatikan pemerintah, Balong Darmaloka pasti bersih dan tertata,” tutur Iman, salah seorang peziarah. Balong Kramat Darmaloka sendiri berada sekitar 1 km dari objek wisata Waduk Darma ke arah barat di ketinggian sekitar 700 meter di atas permukaan laut (mdpl). Di objek wisata yang berada di kaki Gunung Ciremai ini seluas 3 hektare terdapat lima kolam yang dikramatkan dengan dikelilingi oleh pepohonan tropis yang menjulang tinggi dan memiliki udara pegunungan yang sejuk. Objek wisata ini tak hanya menyajikan keindahan kolam berair jernih dengan ikan dewa berukuran besarnya, namun juga sejarah yang melatarbelakangi awal mula dibangunnya balong Kramat oleh seorang utusan Sunan Gunung Jati untuk menyebarkan agama Islam di Kabupaten Kuningan. Tak heran jika objek wisata ini banyak dikunjungi oleh para peziarah dari berbagai daerah terutama pada malam Jumat Kliwon untuk mencari berkah. Berdasarkan keterangan para tetua desa, Balong Kramat Darmaloka dibangun oleh seorang utusan Sunan Gunung Jati bernama Syeh Rama Haji Irengan sekitar tahun 1670 Masehi. Nama Darmaloka berasal dari kata Darulmai yang berarti nagara cai atau negara air karena sebagian besar sumber air di Kabupaten Kuningan berasal dari Darma. Konon, kolam ini dibangun hanya dalam kurun waktu satu malam saja bersamaan dengan dibangunnya beberapa kolam lain yang serupa di Kabupaten Kuningan yaitu Balong Cibulan, Cigugur dan Pasawahan. \"Syeh Rama Haji Irengan bersama beberapa sahabat ulama lain membangun beberapa kolam di Kabupaten Kuningan, yang kesemuanya berhasil tercipta hanya dalam kurun waktu satu malam. Pembangunan kolam-kolam tersebut awalnya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk masyarakat sekitar,\" cerita pengelola Objek Wisata Damaloka, Odik Sondikar. Menurut Odik, Kolam Darmaloka adalah yang terakhir dibangun oleh Syeh Rama Haji Irengan bersama para sahabatnya. Oleh sebab itu, para ulama tersebut pun kemudian merayakannya dengan menggelar syukuran dengan makan bersama di pinggir kolam tersebut. Konon, terjadi sebuah peristiwa yang menakjubkan usai acara makan-makan para syeh tersebut ketika tulang belulang ikan yang tersisa dan dibuang ke dalam kolam tiba-tiba hidup layaknya ikan normal. Tak lama setelah kejadian itu, kemudian banyak bermunculan ikan-ikan berukuran besar yang kini masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan ikan dewa atau oleh warga sekitar menyebutnya ikan Kancra Bodas. \"Sejak zaman dahulu jumlah ikan dewa di Darmaloka selalu tetap, tidak pernah berkurang atau bertambah. Kalaupun ada yang mati, oleh kami tidak dibuang begitu saja melainkan dikuburkan dengan layak,\" kata Odik. Objek wisata Darmaloka banyak dikunjungi wisatawan terutama para peziarah pada saat libur nasional dan saat malam Jumat Kliwon. Keindahan alam pegunungan dan barisan pohon trofis, menjadikan tempat wisata ini sangat nyaman sebagai tempat rekreasi bersama keluarga atau sekadar menyegarkan fikiran dari rutinitas pekerjaan sehari-hari. Namun sayang, keberadaan objek wisata yang kini dikelola oleh desa, tampak kurang terawat karena keterbatasan dana dan kurangnya perhatian dari pemerintah setempat. Tak heran, tiket masuk untuk bisa berkeliling di objek wisata ini tergolong sangat murah yaitu hanya Rp3.000 untuk dewasa dan Rp 2.000 untuk anak-anak. Untuk menarik minat para pengunjung, pihak pengelola menyediakan fasilitas tambahan seperti terapi ikan, kolam renang anak dan toko cinderamata. (ags)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: