Vaksin Singapura
SAYA kebanjiran pertanyaan dari pengusaha. Sambil bertanya mereka menyertakan semacam berita ini: Singapura akan menyediakan fasilitas vaksinasi untuk siapa saja. Termasuk untuk orang dari negara lain. Seperti dari Indonesia.
Caranya: mereka bisa terbang dari negara/kota masing-masing. Ke bandara Changi. Di bandara itu disediakan tempat vaksinasi. Begitu selesai vaksinasi, mereka bisa langsung terbang kembali ke negara/kota asal. Atau istirahat dulu di hotel bandara. Tidak perlu masuk Singapura.
Mereka begitu tertarik dengan \"berita\" itu. Yang beredar dengan cepat. Di kalangan orang yang punya uang.
Bagi mereka terbang ke Singapura hanya untuk vaksinasi adalah tawaran menarik. Mereka begitu percaya pada reputasi Singapura: bahwa melakukan vaksinasi di sana lebih aman. Kalau ada \'\'apa-apa\'\' langsung bisa ditangani. Tidak akan terancam ditelantarkan.
Mereka juga lebih percaya bahwa pemerintah Singapura lebih pintar memilihkan vaksin yang terbaik.
Itulah harga sebuah reputasi. Membangunnya begitu sulit tapi begitu tercapai nilainya begitu amat dipercaya orang.
\"Apakah semua itu benar?\" tanya mereka.
Saya pun balik bertanya: kalau itu benar, apakah Anda mau melakukan vaksin di sana?
“Mau sekali,\" jawabnya. Alasannya itu tadi. Kepercayaan itu tadi.
Kepada mereka saya pun balik bertanya: Kok kelihatannya Anda ini takut sekali vaksin itu berbahaya. Apakah Anda sedang hamil?
Tentu saya hanya bergurau. Untuk menghilangkan ketakutan siapa saja akan vaksin. Saya tahu dia wanita yang umurnyi sudah 49 tahun. Anaknyi sudah besar. Saya hanya ingin menggodanyi.
\"Hahaha…,\" jawabnya.
Rupanya pemberitaan diizinkannya penggunaan vaksin di Inggris, Amerika, dan belahan dunia lain membuat harapan baru berkibar di mana-mana. Termasuk di Indonesia.
Singapura ternyata juga sudah mengeluarkan izin. Silakan saja menyuntikkan vaksin produksi Pfizer Amerika. Yang produksi negara lain pun segera diizinkan. Termasuk yang dari Tiongkok.
Kita, yang awalnya seperti menang beberapa langkah di depan, mulai terlihat ketinggalan. Kita masih menunggu dan menunggu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: