Dua YouTuber

Dua YouTuber

Kitab suci tidak ada yang menceritakan neraka dengan deskripsi yang begitu detail. Dante-lah yang pertama menuliskannya. Lalu menjadi anggapan umum begitulah neraka.

Sejak ada penggambaran neraka yang begitu detail jumlah orang yang ke gereja naik 20 persen. Zaman itu. Tahun 1300-an itu. Saya belum bertanya ke teman saya di Mawar Sharon: apakah jumlah pengunjung gerejanya juga meningkat setelah khotbah Mantafo itu beredar luas.

Posisi Butce yang di Los Angeles membuat ia bisa bertemu banyak orang terkenal. Yakni mereka yang berkunjung ke Los Angeles. Seperti pendeta Hanna dan Philip Mantofa. Atau juga ketika ustad Felix Siaw ke sana. Apalagi Butce juga membuka rumahnya untuk jadi tempat mampir. Termasuk bisa bermalam di rumahnya itu. Beberapa penyanyi Jakarta juga pernah bermalam di rumah Butce.

Butce sendiri ketika di Surabaya, ikut gereja karismatis Bethany. Bahkan pendiri Bethany, Abraham Alex, juga tinggal di rumahnya saat ke Los Angeles. Dan adik perempuannya memang dikawini Aswin, anak ke-2 Alex. Butce menghabiskan SD sampai SMA di sekolah negeri di Biak.

Di Surabaya Butce kuliah di ITS. Jusuran teknik lingkungan. Lulus tahun 1994. Lalu bekerja di perusahaan swasta, sangat sebentar. Setelah itu ia mampir ke perusahaan ikan di Jakarta milik Handoko, teman ibunya. Handoko inilah yang menawari Butce ke Amerika. Untuk menjadi pedagang ikan. Dan coral. Dari Indonesia. Handoko yang memasoknya.

Sang ibu membekali Butce 1000 dolar. Harus cukup. Yang 600 dolar dipakai Butce untuk menyewa gudang kecil di Los Angeles. Selama dua tahun. Di gudang itu pula, awalnya, ia tidur. Itu 24 tahun yang lalu.

Butce pun kini jadi tokoh masyarakat Indonesia di Los Angeles. Ia jadi pengurus inti diaspora Indonesia. Yang setiap dua tahun berkongres di Jakarta. “Mengurus ikan itu sulit,” ujar Butce.

Akhirnya ia lebih fokus berdagang coral. Waktu Ibu Susi Pudjiastuti menjadi menteri perikanan dan kelautan, Butce pusing. Tidak bisa mendapatkan coral dari Indonesia. Padahal coral Indonesia dikenal sangat beragam. Laut tropis Indonesia membuat kekayaan bawah lautnya juga penuh variasi.

Kini Butce kembali lega. Coral Indonesia sudah diizinkan kembali diekspor. Tapi, kata Butce, coral yang dikirim kepadanya itu 70 persen hasil budidaya. Para nelayan ternyata tidak hanya menangkap benur lobster. Sekarang ini, di Amerika bisnis coral lagi baik. Itu akibat pandemi. Banyak orang hanya di rumah. Mereka menjadi punya waktu membersihkan akuarium. Lalu mempercantiknya. Dengan coral baru.

Sang ibu kini masih di Indonesia. Di Biak, Papua. Menjadi tokoh wanita di sana. Sang ibu membangun vihara. Ia pimpinan Buddha di Biak. Sedang suaminyi, almarhum, mendirikan Gereja di Biak. Menjadi tokoh Kristen di sana. Kakek-buyut sang ibu tiba di Sulawesi Selatan ketika masih bujang. Indonesia belum berdiri kala itu. Ia kawin dengan putri raja Marros, pinggiran kota Makassar sekarang ini.

Kakek Butce juga menjadi tokoh masyarakat Tionghoa di Makassar. Tinggalnya di Tamajene, yang sekarang disebut Lorong Dua Makassar. Di dekat situlah terjadi pembantaian besar-besaran oleh penguasa Belanda, Westerling. Orang Sulsel mengklaim angka korbannya 40.000 orang. Itu tahun 1946. Di Jawa kemerdekaan Indonesia sudah diproklamasikan. Di Makassar, Belanda masih ngamuk.

Penguasa melakukan razia. Yang dianggap pro kemerdekaan dikumpulkan dan ditembak mati. Secara massal.

Butce mewawancarai ibunya untuk peristiwa ini. Sang ibu mendapat cerita dari bapaknya. Engkong Butce. Engkong Butce itulah yang melaporkan kejadian itu ke konsul Tiongkok di Makassar. Laporan itu, katanya, ikut membuat pembantaian massal tersebut dihentikan.

Keluarga ini masih menyimpan benda-benda terkait dengan itu. Termasuk benda berupa bintang emas, penghargaan dari Sun Yat Sen —proklamator RRT. Itu karena buyut Butce pernah menggalang dana dari masyarakat Tionghoa untuk mendukung kemerdekaan RRT.

Bahkan menurut Butce, engkongnya itu pernah diminta pulang ke Tiongkok untuk diangkat menjadi gubernur di Nanjing kala itu disebut Nanking. Perjalanan pulang itu hanya sampai di Filipina. Mereka balik ke Makassar. Itu karena ibu dari buyut Butce itu —si putri raja Marros— sakit keras.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: