Raib, Jack Ma Tak Lagi Terkaya di China
TIONGKOK - ”Di mana Jack Ma?” Pertanyaan itu menjadi pembuka beberapa berita belakangan ini. Jack Ma, salah satu orang terkaya di China, sudah lebih dari dua bulan menghilang dari pandangan publik.
Tidak ada yang tahu di mana keberadaannya. Dia juga absen dari episode final talent show yang diprakarsainya, Africa’s Business Heroes. ”Ma tidak bisa ambil bagian dalam panel penjurian karena jadwalnya bertabrakan,” bunyi pernyataan juru bicara Alibaba seperti dikutip Financial Times.
Berbagai spekulasi akhirnya beredar. Mulai dari dia ditahan hingga hanya menghindari sorotan sesaat agar tak memperkeruh suasana. Namun, ada dampak nyata dari hilangnya Ma, yaitu kekayaannya yang merosot tajam.
BACA JUGA:Jack Ma Menghilang Misterius, Setelah Mengkritik Pemerintah Tiongkok
Sebelumnya, Ma adalah orang terkaya di Tiongkok. Kekayaannya mencapai lebih dari USD 60 miliar (Rp 833,2 triliun). Namun, dua bulan terakhir pemerintah Tiongkok memperketat aturan untuk industri teknologi finansial. Perusahaan-perusahaan Ma berkecimpung di bidang tersebut. Salah satunya Alipay. Kini kekayaan Ma anjlok menjadi USD 50,6 miliar (Rp 702,69 triliun). Berdasar Bloomberg Billionaires Index, Ma kini hanya duduk di posisi keempat sebagai orang terkaya di Tiongkok.
Banyak yang menduga Ma menghilang gara-gara mulutnya yang terlalu tajam. Dia berani mengkritik pemerintah Tiongkok secara terbuka. Pada 24 Oktober tahun lalu, Ma berpidato pada acara Bund Summit di Shanghai. Saat itu, dia menyatakan bahwa sistem finansial di Tiongkok sudah kuno. Ia seperti klub orang-orang tua.
”Kita tidak bisa menggunakan metode lama untuk mengatur masa depan,” ujar Ma dalam pidatonya saat itu seperti dikutip Business Insider.
Time mengungkapkan bahwa pada 2 November, Ma dipanggil oleh otoritas Tiongkok untuk diinterogasi. Keesokannya IPO atau penawaran umum perdana saham Ant Financial senilai USD 37 miliar (USD 513,76 triliun) dihentikan oleh pengawas sekuritas Tiongkok. Padahal sebelumnya, penawaran IPO yang digadang bakal memecahkan rekor itu sudah mendapatkan lampu hijau.
Pemerintah Tiongkok juga mengeluarkan aturan baru tentang antimonopoli. Desember lalu mereka menginstruksikan Ant Group untuk mematuhi aturan tersebut. ”Ant melaporkan adanya masalah signifikan seperti perubahan dalam regulasi teknologi keuangan,” bunyi pernyataan Bursa Efek Shanghai terkait dengan batalnya IPO Ant Financial.
Veteran investor Mark Mobius memiliki pendapat lain. Dia meyakini langkah yang diambil pemerintah Tiongkok untuk membatasi lembaga keuangan agar tak terlalu besar. Pemerintah Tiongkok menyadari fakta bahwa mereka tidak dapat mengizinkan perusahaan untuk mendominasi sektor tertentu, khususnya sektor keuangan.
Pendiri Marbridge Consulting Mark Natkin memiliki pemikiran berbeda. Menurut dia, pemerintah Tiongkok melakukan itu untuk mengingatkan perusahaan bahwa merekalah yang membuat aturan dan mengeluarkan izin. ”Dan jika Anda lupa, Anda mungkin akan menemukan semua area bisnis Anda tidak mendapat lisensi atau IPO Anda dihentikan,” ujarnya. Apa pun akan dilakukan untuk mengingatkan bahwa yang berkuasa adalah pemerintah.
Nasib Ma pernah diprediksi oleh miliarder asal Tiongkok lainnya, Guo Wengui. Agustus 2019, Guo menyatakan bahwa tahun berikutnya Ma akan berakhir di balik jeruji besi atau bahkan mungkin mati. Itu disebabkan pemerintah Tiongkok ingin mengambil perusahaan Ant Group yang mayoritas sahamnya dikuasai Ma. Guo melarikan diri dari Tiongkok pada 2014 dan menjadi aktivis politik. Dia mengungkap korupsi di tubuh elite politik Tiongkok. (jpc)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: