Uang Ganti Rugi Rp30 Ribu/Meter, Susah Beli Lagi

Uang Ganti Rugi Rp30 Ribu/Meter, Susah Beli Lagi

*Tanah Gusuran BIJB Dihargai Rp30 Ribu Per Meter KERTAJATI – Sebanyak 96 kepala keluarga (KK) kembali mendapatkan kucuran uang ganti rugi (UGR) dari pemerintah untuk percepatan pembangunan fisik Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB), Rabu (31/7). Proses pencairan UGR berlangsung di Balai Desa Bantarjati, Kecamatan Kertajati. Ketua Tim Panitia Pengadaan Tanah (P2T) Drs H Ade Rachmat Ali MSi mengatakan, pemerintah kembali mengucurkan dana sebesar Rp34 miliar untuk uang ganti rugi (UGR) bagi masyarakat di wilayah tersebut yang tanahnya terkena dampak penggusuran mega proyek BIJB. Dari jumlah Rp34 miliar tersebut panitia menargetkan pencairan UGR bisa selesai selama dua hari hingga Kamis (1/8). “Pencairan UGR tersebut untuk warga yang berada di Blok Congkok, Desa Bantarjati, Kecamatan Kertajati. Alhamdulillah di hari pertama prosesnya berjalan dengan lancar. Besok (hari ini, red) masih akan dilanjutkan lagi,” jelasnya. Dijelaskan, setelah proses pemberian UGR untuk warga Blok Congok selesai, pihaknya akan melanjutkan untuk melakukan pengukuran di tiga Desa lainnya di antaranya, Sukamulya, Cinta Karya dan Desa Kertasari. Pihaknya berharap, dalam pelaksanaannya nanti, proses tersebut bisa berjalan lancar seperti pada proses pencairan di hari pertama. “Yang pasti, uang untuk UGR di tiga desa itu sudah ada. Kita hanya menunggu pengukuran dan musyawarah dengan warga saja,” paparnya. Sementara itu, salah seorang warga yang terkena gusuran proyek BIJB, Tasini mengaku, bingung pasca dicairkannya UGR tersebut. Pasalnya, besaran uang yang diterima dari UGR dinilai tidak memadai untuk membeli lahan dan membangun rumah baru. “Dalam ganti rugi ini, kami mendapatkan UGR Rp30 ribu per meter. Sementara untuk beli lahan baru, sekarang ini di kisaran sampai dengan Rp50 ribu per meternya,” kata Tasini di sela-sela menunggu giliran mengambil UGR kemarin. Selain tidak seimbangnya UGR yang mereka terima dengan harga lahan sekarang, kebingungan mereka juga dipicu dari tingginya harga material. Diakuinya, di lapangan ada anggapan bahwa warga yang terkena gusuran mendapatkan keuntungan yang cukup besar. Sehingga disinyalir, sejumlah pihak memanfaatkanya untuk menaikkan harga, ketika mereka belanja berbagai macam kebutuhan. Dirinya mengaku, tidak merasa senang lantaran uang ganti rugi tersebut dirasa tidak seimbang dengan harga beli tanah yang baru. “Beli tanahnya saja sudah sangat tinggi. Selain itu harga material juga ikut-ikutan melambung, karena dikiranya yang dapat gusuran itu mendapatkan untung besar, padahal sebaliknya,” jelasnya. Terpisah, Asda I Bidang Pemerintahan Setda Majalengka, Aeron Randi menambahkan, kontraktor yang ditunjuk untuk mengerjakan proyek tersebut, saat ini sudah mendatangkan alat berat ke lokasi sebagai tanda bahwa proses pengerjaan BIJB segera dimulai. (ono)   FOTO: ONO CAHYONO/RADAR MAJALENGKA TERIMA DENGAN BERAT HATI. Salah seorang warga saat melakukan proses penandatanganan proses penerimaan uang ganti rugi.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: