Arca Makuta Raja Ditemukan di Cibeureum, Begini Ceritanya

Arca Makuta Raja Ditemukan di Cibeureum, Begini Ceritanya

SUKABUMI - Sebuah arca besar yang masih utuh ditemukan tim peneliti arkeologi dari Yayasan Cagar Budaya Nasional Kota Hiroshima-2 Sukabumi.

Arca ditemukan di Kampung Cibeureum Wetan, Desa Pasirhalang, Kecamatan Sukaraja, Sukabumi, Jawa Barat. Tim ini sedang melakukan observasi peninggalan berupa menhir atau batu nangtung di Kampung Tugu, Desa Pasirhalang, Kecamatan Sukaraja hingga ke Kampung Buluh, Desa Semplak Kecamatan Sukalarang.

Tim penelitian arkeologi yang dikomandoi oleh Tedi Ginanjar mengatakan, berdasarkan laporan dari masyarakat di Kampung Buluh terdapat beberapa menhir zaman megalitikum yang sering diziarahi penduduk.

Untuk itu, ia bersama rombongannya melakukan giat observasi tersebut dalam rangka menggali sejarah Kecamatan Sukaraja yang sejak zaman prasejarah telah dihuni oleh manusia.

“Bukti adanya manusia zaman prasejarah di Sukaraja ditandai dengan adanya situs batu nangtung atau menhir di Kampung Tugu Desa Pasirhalang, Kecamatan Sukaraja, yang sekarang telah ditetapkan sebagai cagar budaya tingkat Provinsi Jawa Barat,” kata Tedi seperti dilansir dari Radar Sukabumi, Minggu (7/3).

Baca juga:

Mahasiswi yang Tusuk Selebgram Sering Kesurupan, Polisi Sampai Bingung Bikin BAP

Kafe Kabarong, Spot Ngopi Baru sambil Menikmati Waduk Setupatok

Menurut Tedi, berdasarkan penelitian di lapangan, ternyata sebaran menhir yang berada di Kampung Tugu hingga ke pinggir sungai Cimuncang di belakang pasar bunderan Sukaraja.

Jika dilihat dari kontur bukit yang ada menhir tersebut dari arah selatan yaitu dari bekas Pabrik Kertas zaman Belanda, menhir yang paling besar berada di atas puncak bukit. Di bawah bukit mengalir Sungai Cimuncang yang berkelok membelah bukit.

“Dari hasil pengamatan nampaknya menhir yang paling besar tersebut dahulu ada punden berundaknya, mungkin strukturnya mirip situs Pangguyangan Cisolok atau situs di Cibedug Banten. Hal tersebut terbukti dari banyaknya sebaran batu-batu kali yang berserakan di sekitar area menhir di sana. Kemungkinan besar bebatuan itu diambil dari sungai Cimuncang. Iya, ini merupakan ciri khas kebudayaan sungai,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: