Kebun Raya Butuh Rp350 M

Kebun Raya Butuh Rp350 M

*** Tahap Pertama Pembangunan Tertuang dalam Masterplan   KUNINGAN – Ini obsesi Kabupaten Kuningan untuk bisa memiliki Kebun Raya. Tahun 2005, Bupati Kuningan H Aang Hamid Suganda secara mengejutkan mampu menyulap lahan eks perkebunan PT Yunawati, Desa Padabeunghar, Kecamatan Pasawahan seluas 154,908 hektare tersebut menjadi Kebun Raya Kuningan (KRK). Tahap pembangunan KRK telah tertuang dalam masterplan. Prosesnya dibina oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). “Sesuai masterplan, pengelolaan profesional KRK membutuhkan dana minimal Rp350 miliar untuk jangka waktu 70 tahunan. Rentang waktu itu, bisa diperpendek jika ada langkah akselerasi melibatkan peran pemerintah pusat, provinsi, dan daerah,” beber Aang, diamini Kadis Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Ukas Suharfaputra MP, Sekdishutbun Dadi Suryadi SH dan Kasubag Program Rustandi Shut, Senin (19/8), kepada Radar. Menurut Aang, area KRK dibagi dalam zona penerima, zona pendukung, zona pendidikan lingkungan, zona kantor penelitian, konservasi, rekreasi aktif, zona service, konservasi koleksi tumbuhan, konservasi  rekreasi terbatas, dan konservasi koleksi mix region dan prasarana. Untuk 10 tahun pertama, pembangunan KRK masih berkutat pada pembangunan dan pemeliharaan vegetatif serta pembagiannya ke dalam fak-fak, pendokumentasian jenis tanaman, eksplorasi tanaman, dan penyediaan bangunan infrastruktur. Seperti embung, gully plug, jembatan, rumah kaca, persemaian permanen, gazebo, jogging track, pintu gerbang. Termasuk akses jalan internal dalam kebun raya dan jalan eksternal menuju kebun raya. “Anggarannya melibatkan Kementerian Pekerjaan Umum, LIPI, provinsi dan APBD Kuningan sendiri,” ujar bupati gila membangun ini. Aang mengaku, sejauh ini banyak progress yang dicapai. Selain masterplan tahun 2007, sosialisasi KRK, pun telah dilakukan penanaman tanaman koleksi di setiap zonasi total 2.750 batang. Terdiri dari 44 family dan 91 jenis tanaman. Kemudian meregistrasi tanaman dan pembuatan buku kebun di 4 petak, penanaman dan pemeliharaan silvikultur intensif seluas 110 hektare, serta berbagai kegiatan gebyar pencanangan menanam oleh berbagai instansi, baik dari dalam Kuningan maupun luar Kuningan. Untuk penyediaan infrastuktur, telah dibangun juga bangunan kantor dan persemaian sederhana, penataan areal lingkungan kebun raya, pembangunan dan pelebaran jalan sepanjang 1,7 kilometer, pembuatan menara pemantau kebakaran di zona penerimaan, sekat bakar, pembangunan 15 unit gully plug, 1 unit gazebo, pembangunan jalan baru sepanjang 600 M lebar 6 M dari base camp menuju Situ, dan pembangunan Situ Lurah. “Dari aspek kebijakan, kita telah berhasil menerbitkan payung hukum pengelolaan melalui Perda Nomor 12 tahun 2011 tentang Pengelolaan Kebun Raya dan pembentukan kelembagaan UPTD Kebun Raya Kuningan di bawah instansi dishutbun,” imbuhnya. Aang optimis, KRK akan memberikan manfaat besar bagi masyarakat Kuningan, umumnya Indonesia. Salah satunya ketersediaan ruang untuk  ecotourism. Konsepnya memanfaatkan alam untuk perlindungan, berdampak negatif minimal, mengembangkan produk wisata bermuatan pendidikan dan pembelajaran, memberdayakan masyarakat secara aktif, sekaligus membantu pembangunan ekonomi wilayah. Sebagai sarana konservasi eks-situ, KRK pun diharapkan Aang bisa menambah kantong-kantong konservasi. Sekaligus menyelamatkan komponen flora endemik Jawa Barat, sebagai penyedia laboratorium alam untuk kepentingan penelitian serta bisa berfungsi sebagai paru-paru Jawa Barat. “Manfaat-manfaat tersebut, baru bisa dinikmati  masyarakat dalam beberapa dekade ke depan,” katanya. Jika pembangunan KRK berhasil, tambah Aang, tidak mustahil  keberadaanya akan banyak menarik minat komunitas global. Mereka akan menjadikan KRK sebagai lokus pembelajaran, penelitian sekaligus destinasi ekowisata menjanjikan. “Kondisi ideal inilah yang sesungguhnya akan menjadikan KRK sebagai kolam manfaat berkelanjutan bagi masyarakat sekitar lokasi khususnya, dan masyarakat Kuningan umumnya,” pungkas Aang. (tat)      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: