Pakar Negara Barat Akui Kemanjuran Sinovac

Pakar Negara Barat Akui Kemanjuran Sinovac

WASHINGTON-Tingkat perlindungan yang lebih rendah dari vaksin Covid-19 Sinovac asal Tiongkok, telah menimbulkan keraguan efektivitas vaksin. Uji klinis sudah dilakukan di Brasil dan Indonesia. Terkait hal itu, sejumlah pakar dari negara Barat ikut angkat bicara terkait kemanjuran vaksin Sinovac.

Dilansir dari Bloomberg, dua ahli dari Barat fokus pada suntikan Sinovac Biotech Ltd yang telah menjadi fokus krisis kepercayaan. Itu setelah mencatat tingkat kemanjuran hanya sedikit di atas 50 persen dalam uji coba tahap akhir di Brasil. Sementara efikasi vaksin Tiongkok lainnya memberikan tingkat antara 66 persen hingga 79 persen. Namun, masih jauh di bawah suntikan yang dikembangkan oleh Pfizer, Moderna, dan bahkan vaksin Sputnik dari Rusia yang telah mencatat tingkat perlindungan lebih dari 90 persen.

Lebih dari 30 negara telah melakukan vaksinasi dengan Sinovac. Sebagian besar di negara berkembang. Vaksin tersebut adalah kunci dari upaya raksasa Tiongkok untuk menginokulasi 560 juta orang atau 40 persen dari populasinya pada akhir Juni. Ahli Barat memuji vaksin Sinovac dan mengatakan manjur untuk menekan tingkat keparahan.

“Kabar baiknya adalah vaksin bekerja sangat baik dalam memerangi infeksi Covid-19 yang parah,” menurut Ahli Kesehatan Fiona Russell dari Murdoch Children’s Research Institute di Melbourne dan Profesor Paul Griffin, seorang ahli dari Universitas Queensland di Brisbane.

Lalu seberapa efektif vaksin Sinovac sebenarnya? Russell menjelaskan studi Sinovac melihat vaksin bekerja melawan seluruh gejala klinis, dari infeksi ringan hingga parah, termasuk kematian. Data efikasi sekitar 50 persen adalah untuk penyakit yang sangat ringan, tidak memerlukan pengobatan. Untuk infeksi yang memerlukan intervensi medis, jumlahnya sekitar 84 persen dan untuk kasus Covid-19 sedang hingga berat, kemanjurannya 100 persen.

“Itulah yang Anda harapkan dari vaksin Covid-19, kemanjuran yang lebih tinggi terhadap infeksi yang lebih parah dan lebih rendah terhadap infeksi yang lebih ringan. Dari apa yang saya lihat, sepertinya vaksin ini sangat berharga,” jelasnya.

Hal senada diungkap Griffin. Menurutnya meski mungkin kurang efektif melawan gejala Covid-19 untuk infeksi ringan, namun kemanjuran dalam kasus yang parah tetap sangat tinggi.

“Jika ada banyak vaksin yang tersedia, maka orang berpotensi memilih salah satu yang telah menunjukkan keunggulan dalam uji klinis. Tetapi jika itu tidak memungkinkan, maka memiliki vaksin ini lebih baik daripada tidak divaksinasi sama sekali,” jelasnya.

Mereka menjelaskan mengapa vaksin Sinovac memiliki tingkat kemanjuran yang berbeda-beda dalam penelitian yang berbeda. Hal itu karena munculnya beberapa varian virus.

“Uji coba dilakukan di Brasil, Indonesia, dan Turki. Setiap studi memiliki hasil yang berbeda. Di Brasil, ada varian P1 sehingga kemungkinan kemanjuran vaksin berbeda. Saya tidak mengetahui apa yang beredar di Turki atau di Indonesia pada saat penelitian ini dilakukan, tetapi hal itu jelas dapat mengubah hasil,” jelasnya.

Selain itu, sangat sulit untuk secara langsung membandingkan hasil dari uji coba yang berbeda karena harus ditafsirkan dalam konteks desain penelitian. “Ini menunjukkan bagaimana variabel dalam uji klinis dapat memengaruhi hasil. Strain berbeda yang beredar di suatu negara adalah variabel besar yang dapat mengubah pembacaan efektivitas. Strain virus sangat penting dalam menentukan kemanjuran vaksin,” pungkas Griffin. (jawapos)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: