Jasa Antar GoCil, Bikin Ekosistem Perekonomian Masyarakat Meningkat

Jasa Antar GoCil, Bikin Ekosistem Perekonomian Masyarakat Meningkat

Persaingan ojek online alias ojol, sebuah kompetisi jasa antar paling megah yang menghadirkan rivalitas dalam kemasan profesional saat ini. Kompetisi bisnis tersebut dicari banyak orang, karena pandemi Covid-19. Ojol dituding sebagai suatu solusi bangkitnya perekonomian mikro, makro, dan juga usaha kecil.

ABDUL HAMID, CIREBON

THE show must go on! Menjelang perubahan situasi New Normal, masyarakat dituntut bertahan hidup dengan cara yang benar. Perusahaan banyak yang gulung tikar, mem-PHK karyawannya karena omzet turun, pendapatan anjlok signifikan hingga habisnya bahan baku.

Tapi itu tak berlaku bagi mereka yang kreatif. Seperti contohnya di Desa Dompyong Wetan, Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Para pemuda di sana menciptakan sebuah ekosistem jasa antar barang dan orang lewat WhatsApp.

“Kalau pakai aplikasi yang terkoneksi ke GooglePlay, bikinnya sangat mahal. Kami tidak punya banyak biaya untuk membuat aplikasi di GooglePlay,” kata Nana Mardona, penggagas jasa layanan antar orang dan barang bernama GoCil.

Sebagai penggagas GoCil, Nana sendiri sempat kebingungan saat mencari modal. Dia akhirnya menggadaikan BPKB sepeda motor miliknya ke PT Pegadaian yang berlokasi di Kecamatan Gebang, Kabupaten Cirebon. Uang hasil gadai tersebut dia gunakan untuk membeli smartphone.

“Dari situ saya mulai memperbanyak relasi. Hasilnya, dalam beberapa minggu, orang sudah banyak yang mengenal GoCil,” ungkapnya.

Layanan GoCil sangat spektakuler, diterima baik oleh masyarakat desa. Tidak jarang Nana dan rekan setimnya bisa mendapatkan order setiap hari. “Kalau ditaksir, sehari itu bisa seratus ribu,” ungkap Nana.

Rekan Nana tak ketinggalan, nyambi ikut coba-coba. Kebanyakan mahasiswa yang terdampak pandemi Covid-19, harus belajar dari rumah. “Daripada di rumah nggak ngapa-ngapain, ya bisnis GoCil saja. Lumayan juga buat penghasilan,” kata Syahrul Fahmi, mahasiswa UGJ Cirebon yang ikut gabung di GoCil.

Yang jadi mitra GoCil tidak sedikit. Kebanyakan emak-emak yang malas keluar rumah, karena takut Covid-19. GoCil melayani antar barang dan orang. Ada yang minta diantar pulang-pergi ke pasar. Ada yang minta jasa diambilkan paket di kantor pos, hingga minta dibelikan pisang cokelat dan martabak, dan lainnya.

“Kami tidak menarif biaya. Kami dibayar seikhlasnya. Jadi kalau ada mitra kami yang tidak membayar jasa, tidak masalah. Yang penting kami bisa membantu masyarakat. Tapi mitra kami selalu pengertian. Selalu saja ada rezeki buat bensin dan memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ungkap Nana.

Lahirnya GoCil hampir satu tahun. Peminatnya juga bertambah lumayan banyak. Yang istimewanya, GoCil ini jadi etalase pandemi Covid-19. Dalam perjalanannya, GoCil merambah kerja sama dengan para pedagang di desa. Sejumlah warung/toko menjadi relasi dalam transaksi jual-beli. Begitu juga para pedagang kecil rumahan. Misalkan kekurangan bahan baku, GoCil selalu jadi pilihan untuk jasa antar. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: