Menkeu Dekati 540 Investor Global

Menkeu Dekati 540 Investor Global

JAKARTA - Pemerintah bergerak cepat. Setelah merilis paket kebijakan untuk meredam gejolak nilai tukar Rupiah, kemarin pemerintah berupaya mendekati investor global. Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, akhir pekan lalu dirinya mengadakan pembicaraan teleconference call dengan 540 investor dari seluruh dunia, untuk menjelaskan langkah-langkah perbaikan ekonomi Indonesia. “Mereka merespons positif,” ujarnya kemarin (26/8). Menurut Chatib, pemerintah berupaya meyakinkan investor global bahwa Indonesia bersungguh-sungguh untuk memperbaiki struktur ekonomi, terutama terkait dengan defisit pada transaksi berjalan (current account). “Mereka akan mencoba memahami kebijakan yang diambil pemerintah Indonesia, mereka juga melihat ada upaya itu,” katanya. Chatib mengakui, paket kebijakan yang dirilis pemerintah memang untuk memperbaiki ekonomi Indonesia dan dampaknya baru akan terasa signifikan pada jangka menengah dan panjang. “Untuk jangka pendek, kebijakannya lebih pada sektor keuangan,” ucapnya.Ekonom Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Doddy Ariefianto mengatakan, akar masalah gejolak nilai tukar rupiah saat ini memang defisit transaksi berjalan, terutama defisit pada neraca dagang. “Kondisi eksternal di Amerika hanya menjadi salah satu pemicu saja,” ujarnya. Karena itu, menurut dia, paket kebijakan pemerintah yang menyasar pada upaya perbaikan transaksi berjalan, bisa menjadi sinyal positif bagi investor. “Dalam situasi perekonomian global seperti saat ini, trust (kepercayaan, red) investor merupakan salah satu elemen vital,” katanya. Sementara itu, Johanna Chua, Managing Director, Head of Asia-Pacific Economic and Market Analysis, Citigroup Global Markets Asia, dalam riset terbarunya menyarankan BI agar menaikkan BI Rate sebesar 50 basis poin dari posisi saat ini yang di level 6,50 persen. “BI harus lebih hawkish (bereaksi cepat dengan menaikkan suku bunga, red),” ujarnya. Menurut ekonom yang beberapa kali terpilih sebagai ekonom terfavorit para investor di Asia ini, intervensi BI dengan menggerojok USD ke pasar keuangan tidak akan kredibel di mata investor. Adapun rencana perbaikan ekonomi yang dijalankan pemerintah, baru akan menunjukkan hasil pada jangka menengah dan panjang, sehingga tidak akan berdampak signifikan pada rupiah. “Jadi, jalan yang efektif adalah menaikkan suku bunga, sehingga investor tetap menempatkan dana di Indonesia,” katanya. Bagaimana reaksi di pasar keuangan? Rupanya cukup positif. Setelah berhari-hari terjun bebas, kemarin Rupiah mulai rebound. Data BI berdasar Jakarta Interbank Spot Dollar Offered Rate (Jisdor), Rupiah kemarin menguat tipis dari 10.848 per USD pada Jumat lalu (23/8) menjadi 10.841 per USD. Ini merupakan penguatan pertama Rupiah sejak 12 Agustus lalu. Yang cukup melegakan, Rupiah menguat signifikan di pasar spot. Data kompilasi Bloomberg menunjukkan, Rupiah ditutup di level 10.848 per USD, menguat 1,9 persen atau 210 poin dibanding posisi Jumat lalu yang mencapai 11.058 per USD. Jika dicermati, ini merupakan penguatan paling besar dibandingkan dengan mata uang negara-negara lain seperti Won Korea (0,39 persen) dan Yen Jepang (0,26 persen). Sementara mata uang negara-negara lain justru melemah, seperti Rupee India (-1,51 persen), Baht Thailand (-0,25 persen), dan Ringgit Malaysia (-0,24 persen). Sementara itu, penguatan Rupiah tidak diikuti harga saham. Kemarin, sektor pasar modal masih menapakkan langkah yang berat untuk menuju pembalikan tren positif. Indeks harga saham gabungan (IHSG) terus terkoreksi hingga awal pekan kemarin, sebesar 49,16 poin atau setara 1,18 persen ke level 4.120,67. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengakui bahwa kondisi perekonomian global dan domestik mulai berbalik, sejak periode akhir semester pertama 2013 ini, akibat kebijakan pengurangan stimulus ekonomi The Fed. \"Pasar keuangan domsetik pada gilirannya juga terimbas pembalikan arah ini. Sejak triwulan kedua, pasar saham domestik mengalami tekanan sebagai imbas pelepasan saham oleh nonresident,\" ungkap Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D. Hadad, kemarin (26/8). Konsolidasi data OJK sepanjang kuartal kedua yang dirilis kemarin menujukkan, terjadi penurunan IHSG mencapai 2 persen (quarter to quarter/Qtq), dan ditutup pada posisi 4.818,89. \"Namun yang perlu dicermati, rata-rata nilai perdagangan dan frekuensi perdagangan di pasar saham masih menunjukkan peningkatan. Sehingga, ini bisa diartikan, likuditas pasar modal Indonesia cukup baik,\" jelasnya. Muliaman mengaku pihaknya terus menyiapkan langkah-langkah untuk memitigasi risiko yang dapat mencuat. \"Kami aktif memantau kinerja industri di sektor jasa keuangan, termasuk melakukan langkah-langkah pengawasan (supervisory actions, red) yang diperlukan, agar stabilitas sistem keuangan nasional tetap terjaga,\" tekannya. (owi/gal)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: